--***--
Hari ini pagi-pagi sekali Alana sudah berada di sekolah. Sekolah masih cukup sepi, hanya ada beberapa murid yang baru saja datang.
Alana mengayunkan kedua kakinya. Gadis itu menunduk, menatap sepatunya sembari memainkannya. Hari ini Alana tidak langsung masuk kelas. Ia masih duduk di kursi sekitar koridor dekat dengan pintu utama sekolah. Gadis itu sedang menunggu seseorang.
Alana mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya. Membuka layar ponsel kemudian mendesah pelan. Sudah hampir 15 menit ia duduk di sana. Namun, masih tak ada tanda-tanda seseorang yang ia tunggu datang.
Sekolah sudah mulai ramai. Alana menoleh menatap pintu masuk berharap seseorang yang ia tunggu muncul dari sana. Tak beberapa lama senyum Alana mengembang. Tampak dari jauh Arka berjalan dari arah pintu utama.
Cowok itu selalu terlihat tampan. Membuat Alana tak berhenti tersenyum saat memandangnya. Hari ini Arka menggunakan Hoodie hitam dan tas punggung yang matching dengan hoodienya. Rambutnya ia biarkan sedikit berantakan. Membuat kesan alami pada wajahnya.
Alana beranjak dari duduk dan tersenyum. Setelah jarak mereka cukup dekat cowok itu menyadari Alana tak jauh dari posisinya. Cowok itu tiba-tiba saja berhenti melangkah. Menatap Alana sebentar kemudian berpaling kearah lain. Jika Alana tak salah liat, wajah cowok itu sempat memerah dan tampak terkejut.
Arka kembali melangkah, berpura pura tak melihat Alana yang saat ini tengah menunggunya. Alana sempat terpaku dengan sikap cowok itu. Bukannya berhenti Arka malah melewati Alana begitu saja.
Alana berbalik berniat mencegahnya sebelum cowok itu menjauh.
"Arka!"
Arka berhenti dan berbalik, wajahnya masih memerah. "Apasih, aku udah bilang kan yang kemaren itu cuma kepencet."
Alana tertawa kecil, membuat Arka semakin malu. "Iya aku tahu kok, aku paham. Cowok kayak kamu gak mungkin secara terang-terangan mengirimkan emoji love kepada orang yang baru saja kamu kenal."
Arka terdiam, wajahnya semakin merah padam. Ia berusaha mengatur napasnya agar dirinya lebih tenang.
"Tapi bukan itu yang mau aku bahas," lanjut Alana tanpa memudarkan senyumnya.
"Terus?"
Alana meraih paper bag berukuran sedang yang ia letakkan di kursi lalu menyodorkannya pada Arka. Cowok itu hanya mengangkat alis, menatap paper bag putih itu dengan tatapan bingung.
"Ini apa?"
"Cake coklat," jawab Alana lirih. "Sebagai tanda maaf aku atas kejadian kemarin. Aku tahu kamu pasti marah banget sama aku. Sekali lagi aku minta maaf," lanjut Alana tanpa menunggu jawaban dari Arka. Gadis itu menunduk dalam.
"Kenapa aku harus marah?"
Pertanyaan Arka membuat Alana mengangkat kepalanya saat itu juga. Menatap mata kecoklatan Arka yang indah.
"Kamu gak balas chat aku. Hal itu sudah cukup membuktikan bahwa kamu marah," jawab Alana berhati-hati.
Arka sedikit tersenyum mendengarnya, kemudian memandang lekat wajah gadis itu. Gadis yang cantik dan polos, saat gadis itu tersenyum terdapat lesung di pipinya.
"Buatan Mama kamu?" tanya Arka singkat sembari menunjuk paper bag itu.
Alana menggeleng. "Sebenarnya tadi pagi aku minta tolong Mama buat ajarin aku bikin kue ini. Jadi, maaf kalo nanti rasanya gak sama dengan buatan Mama. Oh atau kalau gak enak, aku bisa minta tolong Mama buatin yang baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU ITU SIRIUS
Teen FictionTuhan memberikan takdir terbaik dalam hidupku. Karena telah mengijinkan aku bertemu kamu. Sosok laki-laki penuh cinta dan luka. Laki-laki yang memiliki senyum tipis namun hangat. Laki-laki yang memiliki rasa takut akan kehilangan dan bahkan lupa car...