Chapter 40 : Reza's Concern

118 22 216
                                    


—***—

"Seorang teman akan tetap menjadi teman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seorang teman akan tetap menjadi teman. Tak akan bisa lebih."

-Reza-

•••

"Pembohong."

Kata pertama yang selalu terucap dari bibir Alana setiap kali mengunjungi Arka di Rumah sakit. Terhitung sudah seminggu Arka berbaring tak berdaya di atas brankar. Laki-laki itu juga masih belum menunjukan tanda-tanda membuka mata.

Alana meraih tangan kanan Arka yang terbebas dari selang infus, menggenggamnya erat. Setelah Dokter melakukan tindak operasi, Arka dinyatakan koma. Dan sejak kejadian itu pula, Alana sudah tak pernah mendengar suara Arka lagi. Arka tetap tenang dalam tidurnya.

Mengenai kabar Reygan. Pihak sekolah telah melakukan tindakan tegas dengan memberinya hukuman skorsing selama 39 hari. Oh, bukan hanya Reygan, walaupun Mico, Henry, dan Gani hanya diam saja. Nama mereka tetap ikut terseret. Bukannya tak ingin memberikan keadilan yang setimpal. Pihak sekolah berharap Reygan merubah sikap menjadi pribadi yang lebih baik, sehingga masih memberikannya kesempatan dan tidak membawa kasus ini ke pihak berwajib.

"Arka bangun, kamu bilang mau anterin aku pulang. Ayo kita pulang, aku gak suka kamu di sini."

Mata Alana sudah basah. Tak henti-hentinya ia menyalahkan diri atas apa yang terjadi. Jika waktu itu Alana bertindak cepat, mungkin laki-laki itu tidak akan seperti ini sekarang.

"Kenapa harus bohong sih, Ka?" lirihnya, walau Alana sendiri tahu Arka tak akan memberikan respon. "Kamu bilang kamu akan baik-baik aja, kok malah gak bangun-bangun."

"Gak apa-apa kok kalo emang nanti kita gak sama-sama lagi, asal kamu bangun dulu." Alana mengeratkan genggaman, berharap tangan lemah dan dingin itu bergerak membalas genggamannya. Nyatanya keinginan itu hanyalah harapannya yang kosong.

Teringat bagaimana Arka yang selalu memperlakukannya istimewa belakangan ini. Hal itu memicu kerinduan terdalam bagi Alana. Laki-laki itu juga selalu memprioritaskan keselamatannya. Padahal Alana tahu, Arka sendiri lah yang sebenarnya terancam bahaya.

Tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka dari luar. Alana yang terkejut pun menghapus sisa air mata dan melirik sedikit ketika orang itu mendekat kearahnya.

"Lo gak pulang, Lan?"

Alana mendongak memaksakan senyum kemudian menggeleng perlahan.

"Sejak Arka koma, lo selalu begini Lan. Gantian ya," tutur Reza lembut sembari menepuk pelan pundak Alana. "Yang sayang Arka banyak kok, nanti anak-anak juga kesini."

Alana kembali menggeleng. "Gue mau nungguin Kak Amara aja, Za. Dia bilang mau ke Rumah Sakit hari ini."

"Kak Amara barusan chat gue, dia bilang bakal lama karena ada sesuatu yang harus dia urus. Jadi percuma nunggu Kak Amara, mending lo pulang istirahat. Besok masih bisa kesini lagi."

KAMU ITU SIRIUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang