--***--
"Ahh, Dimana sih?"
Alana hampir menyerah ketika barang berharga Alana jatuh entah dimana. Sedari dia sampai sekolah sampai sekarang barang itu tetap belum ketemu.
Gadis itu sudah mencari di sekitar koridor dekat kelasnya dan juga di beberapa titik dimana ia melewatinya. Sampai ia ingat sesuatu. Satu tempat lagi yang belum ia telusuri adalah depan loby pintu masuk sekolah. Secepat kilat ia berlari, ia takut barang itu hilang dia baru saja mendapatkannya.
Barang itu adalah kartu keanggotaannya sebagai pengurus perpustakaan. Kalau sampai hilang, ia akan mengurusnya lagi dan harus menunggu lama.
Setelah sampai di depan pintu masuk ia celingukan mencari. Bahkan beberapa siswa lain sampai melihat ke arahnya. Namun Alana tidak peduli, yang penting barang itu harus ketemu.
Bella yang baru datang melihat sahabatnya itu celingukan di depan pintu masuk sekolah. Ia langsung menepuk pundak Alana sehingga membuat Alana terkejut.
"Bella! Ngagetin gua aja lo."
"Lo cari apaan sih? Celingukan sendiri mana semua orang liatin lagi."
"Kartu keanggotaan perpus gue jatuh," jelas Alana, masih menunduk mencari kartu keanggotaannya.
"Jatuh? Kok bisa, lo taruh mana?" tanya Bella.
"Ya bisalah Bell, gue taruh tas."
"Lo lupa kali, bisa ajakan kartunya gak lo bawa."
"Gak mungkin gue lupa Bell, jelas banget tadi gue udah masukin ke dalam tas."
"Lo kan orangnya pelupa, coba deh telpon nyokap lo, tanya tuh kartu ada di rumah gak."
Mendengar ucapan dari Bella. Alana berhenti mencari kemudian mengeluarkan ponselnya dari saku. Ia langsung menghubungi Mamanya di rumah, dan setelah beberapa menit sambungan telponnya terputus.
"Gimana?" Bella memastikan.
Alana cengar-cengir dan menatap sabahatnya malu. "Hehe, iya bener kata lo ternyata ada di atas meja kamar gue."
Bella yang mendengar itu dari Alana langsung mendaratkan jitakan ke dahi Alana dengan geram. "Kebiasaan lo, buat orang ikut panik aja." Alana menutup kedua telinganya ketika Bella kembali mengomel. Ia melirik wajah Bella yang sudah berubah masam. Kemudian, Pandangan Bella beralih pada sesuatu yang menarik perhatiannya.
"Akhirnya yang di tunggu datang juga." Melihat yang ada di depannya senyum Bella mengembang, membuatAlana mengernyitkan dahi, lalu memutar kepalanya mengikuti arah pandangan Bella. Seketika ia terkejut dengan apa yang ia lihat di depan matanya.
Reza, Aldy, Vano dan Justin. Kali ini mereka tidak lagi berempat. Satu pandangan Alana hanya tertuju pada cowok yang bersama mereka. Satu lagi gadis teman sekelas Alana. Gadis itu memeluk cowok itu dengan tersenyum bahagia.
Bella mengalihkan pandangannya lalu menatap Alana. Ia melihat Alana hanya diam terpaku melihat yang ada di depannya.
"Gimana? Sekali pandang langsung jatuh cinta kan lo?" ledek Bella sembari menyenggol lengan Alana. Namun, Alana tidak meresponnya. Ia tetap terpaku dan tetap diam tanpa mengatakan apapun. Kemudian tiba-tiba Bella teringat sesuatu.
"Jangan bilang, dia cowok yang sama dengan yang lo maksud," tebak Bella yang perlahan melirik sahabatnya. Alana tidak menjawab, ia hanya menatap Bella sebentar lalu mengangguk pelan.
Bella menatap Alana tak percaya. "Jadi dia mas-mas ganteng?" tanya Bella masih tak percaya. Bella menepuk jidatnya sendiri. Suatu kebetulan yang rumit. Jadi, yang selama ini Alana ceritakan adalah Arka, cowok yang bahkan satu kelas dengan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU ITU SIRIUS
Teen FictionTuhan memberikan takdir terbaik dalam hidupku. Karena telah mengijinkan aku bertemu kamu. Sosok laki-laki penuh cinta dan luka. Laki-laki yang memiliki senyum tipis namun hangat. Laki-laki yang memiliki rasa takut akan kehilangan dan bahkan lupa car...