Chapter 47 : New Hope

109 16 5
                                    

—***—

"Al, kangen."

•••

Terhitung sudah 5 menit Alana berdiam diri duduk di tepi ranjang. Gadis itu memutuskan untuk tinggal dan menemani Arka malam itu. Vano, Justin, dan Aldy baru saja berpamitan setelah menceritakan semuanya. Dari mulai ia yang tanpa sengaja bertemu sampai membawa Arka pulang.

Kata Aldy, setelah Arka mengungkapkan keinginannya untuk menyerah. Tubuh Arka ambruk ke lantai, dan saat itu juga Aldy langsung membawa Arka pulang. Di perjalanan pun Arka masih terus meracau hingga pada akhirnya ia terlelap dengan sendirinya.

Aldy juga bilang, Arka belum pernah seperti ini sebelumnya. Seberat apapun masalah yang tengah ia hadapi. Arka akan memilih banyak diam dan terus belajar hingga larut bahkan sampai pagi hari. Hal ini juga dibenarkan oleh Adellyn dan Amara.

Selama Arka hidup, ia tak pernah sekalipun mau berurusan dengan alkohol. Bagi Arka, selain tak ada gunanya, mengkonsumsi alkohol secara berlebih sangat berbahaya bagi kesehatan. Terutama jika pengguna memiliki riwayat penyakit seperti Arka.

Tangan Alana bergerak merapatkan selimut Arka. Laki-laki itu masih tampak tenang dalam tidurnya.

"Dia mabuk," gumam Alana lirih.

Alana meraih dan menggenggam tangan Arka yang tak tertutupi selimut. Kemudian, menciumnya perlahan dan meletakkan tangan itu pada pipinya yang hangat.

"Maafin aku," Mata Alana terpejam, merasakan betapa dinginnya telapak tangan laki-laki itu.

Ketika matanya terbuka, Alana baru menyadari pergelangan tangan Arka yang masih terbalut dasi sekolah. Ia sempat berpikir beberapa saat sebelum akhirnya melepaskan balutan itu perlahan.

Melihat darah yang sudah mengering Alana terdiam. Seperti yang Amara katakan tempo hari. Setelah Arka kehilangan Aleta, laki-laki itu selalu ingin menghabisi nyawanya sendiri. Dan kali ini Arka melakukannya lagi.

Hati Alana remuk, ia tidak menyangka Arka akan seperti ini. Jika keputusannya menjauh hanya akan membuatnya lebih cepat kehilangan laki-laki itu. Ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.

Gadis itu bangkit mengambil kotak P3k, mengobati luka Arka dengan hati-hati dan membalutnya dengan perban.

"Jangan begini, Arka. Maaf kalau keputusan aku buat kamu jadi menderita lagi." Alana mengeratkan genggamannya, matanya tak lepas memandangi Arka yang tengah terlelap.

Tak lama tangan itu bergerak, membalas genggamannya erat. Mata Arka masih terpejam rapat, dan setelah melihat pergerakan itu. Alana menjadi yakin Arka belum tertidur sepenuhnya.

"Kamu belum tidur ya?" Alana bertanya lirih, sementara yang ditanya masih tak merespon.

Menatap Arka lamat-lamat, Alana mencondongkan tubuhnya. Wajahnya mendekat pada bibir Arka yang sedikit terbuka.

"Bau alkohol." Jarak wajah keduanya terhitung hanya beberapa inchi, sehingga Alana dapat mencium aroma alkohol pada bibir laki-laki itu.

Tepat pada saat itu juga, mata Alana terpejam. Kedekatannya dengan Arka seperti inilah yang ia dambakan. Toh nantinya jika Arka sudah tersadar, ia tak akan mendapatkan momen seperti ini lagi.

Namun tak lama, Alana dapat merasakan sentuhan hangat pada bibir mungilnya. Membuatnya sontak membuka mata. Ia tak menyadari, saat matanya terpejam. Laki-laki itu telah membuka mata dan tersenyum kecil menatap wajahnya.

Sadar dengan apa yang terjadi, Alana langsung menjauhkan diri. Tubuhnya yang kehilangan keseimbangan pun membuatnya jatuh menghantam lantai.

"Modus!" Perlahan Arka mengubah posisi berbaring menjadi duduk. Menatap gadis berpipi merah yang saat ini menutup mulutnya rapat-rapat.

KAMU ITU SIRIUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang