Chapter 16 : Improper Heart

171 95 63
                                    

--***--

Dengan langkah pelan Alana berjalan menuju kelas. Jam masuk masih kurang 15 menit lagi, jadi dia tidak perlu terburu-buru. Sesekali ia tersenyum menatap buku yang saat ini berada di tangannya. Alana mendekap senang buku itu. Entah apa yang membuatnya senang. Ia senang karena pada akhirnya bisa membaca buku yang selama ini ia cari? Atau, ia senang karena Arka?

Alana menghentikan langkahnya ketika  sampai di kelas. Cewek itu masuk dan langsung duduk di kursinya.

"Ehem, jadi artis lo sekarang?" ledek Bella yang entah kapan sudah berada di samping Alana.

"Maksudnya?" tanya Alana tak mengerti.

"Lo gak tau? Atau pura-pura gak tau?" sindir Bella dengan suara yang dibuat-buat. "Satu sekolah lagi ngomongin sahabat gue yang cantik ini." Bella terkekeh. Alana mendesah pelan kemudian menunduk. "Gimana rasanya di deketin sama pangeran tampan?"

"Apaan sih Bell? Arka gak deketin gue, dia cuma pinjemin buku yang kemarin dia baca. Udah itu aja gak lebih," ucap Alana membela diri.

Bella mencondongkan badann, mendekatkan diri pada Alana. " Oh ya?" Bella tertawa lirih. "Tapi kalo ternyata dia nyimpen perasaan buat lo, suka kan?"

Alana hanya diam, ia memilih tak menjawab pertanyaan dari Bella.

"Arka pasti mulai suka sama lo." Bella berkata bangga.

"Sotoy!"

"Gue gak sotoy, nyatanya dia gak protes waktu lo cium bibir di-" Bella tak meneruskan kata-katanya ketika tangan Alana berhasil membungkam mulutnya.

"Lo ngomong itu lagi gue kelitikin lo sampai mampus," ancam Alana sembari memutar kepala menyusuri setiap sudut ruangan. Setelah memastikan tak ada yang mendengar ucapan Bella, ia kembali menatap tajam sahabatnya itu. "Gue gak ciuman sama Arka, dia pingsan dan gue cuma nolongin dia," tambahnya.

Bella menepis kasar tangan Alana yang tengah membungkam mulutnya. "Sama aja Lan, bibir kalian udah saling bersentuhan. Terus apa namanya kalo bukan ciuman?"

Alana kembali diam tak menjawab.

"Fix Arka suka sama lo." Bella tersenyum puas.

--***--

"Break yuk! Capek nih," ajak Justin ia menunduk menyangga lutut dengan napas yang masih terengah.

"One more time," ucap Aldy sembari mendribel bola basket lalu melempar dan memasukkan bola ke dalam ring. "Yes!!"

Aldy menoleh dan melihat keempat temannya sudah berjalan menuju tepi lapangan. Kemudian dengan cepat berlari menyusul mereka.

Kelima cowok itu duduk secara acak di tepi lapangan basket, meluruskan kaki dan meregangkan tubuh masing-masing.  Mereka juga memilih beristirahat di sana karena sebentar lagi bel pulang sekolah pasti berbunyi.

"Eh lo pada, entar pulang mampir dulu yuk ke rumah gue, mabar kita." Vano membuka suara setelah beberapa saat hening.

"Ayok!" celetuk Aldy.

"Berangkat!" ucap Justin. Reza mengangguk setuju. Sedangkan Arka hanya diam tak merespon.

"Gimana Ka?" tanya Vano sembari menepuk pundak cowok itu.

"Gue gak bisa," jawa Arka datar.

"Kenapa Ka, lo ada perlu? Atau ada jadwal chek up ke rumah sakit?" tanya Reza.

Arka menggeleng samar. "Lagi males aja."

"Oh gue tau alesan lo." Justin berdiri menghadap keempat sahabatnya, lalu menatap mereka secara bergantian.

KAMU ITU SIRIUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang