--***--
Ruang kelas pagi ini cukup hening, tidak seramai biasanya. Alana melirik sekilas jam dinding kelas, sebentar lagi bel masuk berbunyi. Jam pertama adalah matematika.
Alana melipat kedua tangannya di atas meja. Kemudian membenamkan wajahnya. Ia mendesah pelan. Entah apa yang membebani pikirannya, sehingga ia tak bersemangat hari ini.
Alana mengangkat sedikit wajahnya kemudian menoleh ketempat duduk Arka. Ia menatap lekat cowok itu. Arka masih tampak pucat. Alana juga menyadari kondisi Arka kurang sehat. Ia yakin cowok itu sedang tidak dalam keadaan baik.
Arka mengusap wajah dengan kedua tangan. Semenjak kemarin ia belum merasakan kondisinya membaik. Padahal ia sudah meminum obatnya dengan teratur. Arka memejamkan mata sembari mengatur napas.
Beberapa menit kemudian bel masuk berbunyi. Seorang wanita paruh baya masuk dengan beberapa buku di tangannya. Ia adalah salah satu guru di sekolah itu. Umurnya sudah 30 tahun tapi ia masih terlihat muda dan cantik. Wanita meletakkan buku pada meja kemudian menoleh pada semua siswa. Wanita itu tersenyum lebar.
"Selamat pagi, anak-anak!" sapa Bu Gesca. Semua siswa menjawab dengan serempak.
"Hari ini Ibu sepertinya akan sedikit sibuk, tapi tenang Ibu sudah menyiapkan tugas untuk kalian," ucap Bu Gesca, ia berjalan menuju meja kemudian mengambil beberapa selembaran soal. "Ibu akan membagikan selembaran soal ini kepada kalian, setelah ibu membagi kalian menjadi beberapa kelompok."
"Kelompok, Bu?" tanya salah satu siswa.
"Iya dan masing-masing kelompok hanya terdiri dari dua orang," jelas Bu Gesca.
"Kelompok 2 orang?" celetuk Jessy. Senyumnya mengembang ketika mendengar penuturan dari Bu Gesca yang akan memberi tugas secara berkelompok. "Kelompoknya kita milih sendirikan, Bu?"
Bu Gesca menggeleng cepat. "No, Jessy. Kali ini Ibu sendiri yang akan membagi kelompoknya."
"Loh, kok gak milih sendiri sih, Bu?" protes Jessy tidak terima.
"Saya tahu tujuan kamu Jessy." Bu Gesca tersenyum hambar. "Kamu ingin satu kelompok dengan Arka bukan?"
Jessy mengangguk cepat.
"Kali ini kamu tidak boleh satu kelompok dengan Arka. Nilai kalian itu selalu bersaing. Jadi, Ibu tidak bisa membuat kalian satu kelompok."
"Tapi, Bu-"
Ucapan Jessy terpotong ketika Bu Gesca mengulurkan tangannya kedepan dan memberi kode stop. "Sudah ya, Ibu akan langsung membagi, waktu Ibu tidak banyak."
Jessy mengepalkan kedua tangannya, ia memukul meja pelan sembari berdecak pelan.
Bu Gesca mulai membagi kelompok secara acak. Ia memperhatikan semua siswa. "Oh pas," bisik Bu Gesca lirih. "Sisanya Justin dengan Aldy, Reza dengan Vano, Arka.." Bu Gesca menghentikan ucapannya, dan melihat sekeliling kelas. Ia tersenyum setelah ia mendapat kandidat yang cocok untuk Arka.
"Alana!" Alana terperanjat. "Kamu satu kelompok dengan Arka ya? Awal kamu masukkan belum ketemu dengan dia. Sepertinya Arka bisa cepat membantu kamu menyesuaikan pembelajaran, terutama pelajaran saya."
Alana yang mendengar keputusan dari Bu Gesca hanya bisa mengangguk setuju. Ia melirik kearah Arka yang tampak tak peduli.
"Dan kamu Jessy, kamu sama.. siapa yang belum, oh kamu Bella!"
"No, Ibu lagi gak becanda kan?" protes Jessy. "Gimana kalo saya tukeran aja sama Alana?"
Bu Gesca menggeleng kepala, ia berjalan dan mengambil buku yang ia letakkan di meja tadi. Kemudian berjalan kearah pintu keluar kelas. Namun, sebelum itu Bu Gesca menatap Jessy dengan serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU ITU SIRIUS
Teen FictionTuhan memberikan takdir terbaik dalam hidupku. Karena telah mengijinkan aku bertemu kamu. Sosok laki-laki penuh cinta dan luka. Laki-laki yang memiliki senyum tipis namun hangat. Laki-laki yang memiliki rasa takut akan kehilangan dan bahkan lupa car...