--***--
"Makasih ya pak," ucap Alana menyodorkan ongkos kepada supir taksi yang ia tumpangi. Supir taksi itu menerimanya, kemudian secepat kilat meninggalkan lokasi komplek perumahan mewah itu.
Alana mendongak memperhatikan dengan baik rumah Arka dan keluarganya. Ia menarik sudut bibirnya tersenyum tipis. Kemudian ia berjalan menuju gerbang rumah Arka.
Alana berhenti ketika ia teringat sesuatu. Bayangan Jessy tiba-tiba muncul dalam kepalanya. Bagaimana jika Jessy ternyata sudah di dalam bersama Arka? Pasti akan terjadi keributan. Jika diingat lagi Jessy begitu membenci Alana.
Alana menghela napas berat, ia memejamkan mata sebentar kemudian membukanya kembali. Ia sudah membulatkan tekad untuk tetap menemui Arka. Lagi pula ia datang juga karena permintaan dari orang tuanya.
"Eh, Dik Alana." Alana menoleh ketika menyadari seseorang yang di belakang menghampirinya.
Alana tersenyum ketika satpam yang ia kenal menyapanya. Pak Galih sedikit membuatnya terkejut karena menyapanya dari belakang. Pantas saja rumah itu terlihat sepi dan pagar terkunci rapat.
"Langsung masuk aja Dik, yuk Bapak anter." Alana mengangguk samar, setelah itu ia mengekor di belakang Satpam yang menjaga rumah kediaman Arka.
Alana mengetuk pintu utama rumah itu, tak berapa lama pintu terbuka dan menampilkan Amara yang tersenyum ketika melihat Alana.
"Alana," ucap ramah Amara. Ia langsung melingkarkan tangannya pada lengan Alana dan kemudian mengajaknya masuk.
"Akhirnya aku bisa ketemu kamu lagi, kamu pasti cari Arka kan?" tebak Amara, "kebetulan aku ada keperluan sama pacar aku. Azka juga masih ada ekskul di sekolahnya. Jadi, Arka sendiri di rumah. Arka yang nyuruh kamu ke sini?"
"Enggak kok Kak, tadi Mama suruh aku buat anter ini." Alana menyodorkan kue yang terbungkus rapi dengan goodie bag dan meletakkannya di atas meja ruang tamu.
"Kue coklat?" tebak Amara, tanpa melihat isi goodie bag dari Alana.
"Kok, Kak Amara tau?" Alana menatap Amara dengan heran.
"Iyalah tau, Tante Giza suka bawakan kue coklat untuk Arka, karena dia tau kalau kue coklat itu kesukaan Arka. Selain itu," Amara mencondongkan tubuhnya ke depan. "Aroma kuenya enak banget, kecium sampe sini," ucap Amara sedikit berbisik kemudian tertawa.
"Kamu kasih aja ke dia langsung, dia lagi ada di teras belakang dekat kolam. Kamu langsung ke sana aja." Amara menunjuk ke arah teras belakang dekat kolam.
Tak berapa lama sebuah mobil sport hitam berhenti di depan rumah. "Itu pasti Reno pacar aku, aku langsung berangkat ya." Amara bangkit dan bergegas menemui pacarnya. Namun, ketika ia hendak melangkah. Amara menoleh ke arah Alana. "Kamu temani Arka ya, jangan pulang kalau aku belum pulang." Alana mengangguk samar.
Alana menyambar kue yang ada di meja kemudian bangkit dan berjalan perlahan menuju teras kolam renang. Ia melihat Arka sedang duduk di kursi dekat kolam sembari membaca sebuah buku.
Sebelum Alana menemui Arka, ia terlebih dahulu mengintip dari celah pintu masuk kaca di kolam renang. Entah kenapa setiap kali Alana melihat Arka jantungnya selalu berdebar. Atau apa yang dikatakan Bella benar, bahwa ia telah jatuh hati pada Arka.
Alana menghela napas, kemudian dengan perlahan membuka pintu kaca itu. Sehingga membuat Arka sedikit terkejut. Ia menatap Alana sebentar kemudian kembali fokus pada buku yang ia baca.
Alana berjalan mendekati Arka lalu duduk di kursi dekat Arka. Jarak mereka hanya di halangi meja kecil yang saat ini berada di tengah-tengah mereka.
"Udah baikan?" tanya Alana sembari menoleh ke arah Arka yang masih tak peduli akan kehadirannya.
"Apanya?"
"Kondisi kamu," Arka berhenti membaca kemudian melirik sedikit ke arah Alana.
"Udah gak apa-apa," jawab Arka datar.
"Oh ya aku ke sini karena permintaan dari Mama." Alana menyodorkan goodie bag dan meletakkan di atas meja. "Ini kue coklat kesukaan kamu, tadi Mama buat. Katanya kamu paling suka kue coklat," sambung Alana sembari tersenyum tipis.
Arka menoleh dan menatap Alana memastikan."Kue coklat?" tanya Arka berantusias.
Alana mengangguk.
"Em, bilang sama Tante Giza. Makasih," ucap Arka tanpa membuka isi goodie bag itu.
Hening sesaat. Sudah hampir 15 menit Alana berada di sana. Namun, tak ada satupun percakapan diantara mereka berdua. Arka masih saja sibuk dengan buku yang ia baca.
Alana mendesah pelan. Ia mencoba berpikir mencari topik pembicaraan. Kalau saja Kak Amara tidak memintanya menemani Arka, pasti ia sudah pamit dari tadi. Alana tau akan seperti ini jika ia berlama lama dengan Arka.
Alana menunduk dan melirik buku yang Arka baca. Ia tersenyum dan tiba-tiba saja bersemangat. "Kamu suka baca buku novel itu juga?" tanya Alana. Ia melirik Arka yang diam tak merespon pertanyaannya. "Kalau kamu mati, lalu apa jadinya aku?"
Mendengar Alana mengatakan itu, sontak Arka menoleh. Kalimat itu adalah salah satu penggalan penting pada novel yang Arka baca. "Kamu juga baca buku ini?"
Alana menoleh ke arah Arka, mendapati cowok itu sedang menatapnya heran. Alana terkekeh kemudian menggeleng cepat. "Jujur aku belum pernah baca sih. Sebenarnya udah dari lama aku cari buku itu. Tapi, karena buku itu limited edition jadi agak susah carinya." Alana menghentikan ucapannya dan kembali melirik Arka yang masih menatapnya, seolah menunggu kelanjutannya.
"Dan ternyata kamu malah udah punya bukunya."
"Kamu mau baca?" ucap Arka menawarkan.
"Serius kamu mau pinjemin?" tanya Alana dengan mata berbinar.
Arka mengangguk pelan. "Kalau kamu mau nunggu aku selesai baca. Aku pinjamkan."
Alana tersenyum, senang mendengar hal itu dari Arka.
"Gimana?" tanya Arka memastikan.
"Iya mau banget, aku bakal tunggin kamu selesai baca."
Arka hanya mengangguk pelan kemudian kembali fokus membaca.
Tanpa sadar Alana menatap wajah tampan Arka yang masih tampak pucat. Ia ingin sekali menanyakan lebih mengenai kondisi cowok yang ada di depannya itu. Entah kenapa setelah mendengar tentang Aleta kekasih Arka di masa lalu membuat Alana semakin penasaran. Secantik apa gadis itu hingga dengan mudah membuat cowok dingin ini berhasil mencintainya.
"Ngapain liatin aku kayak gitu?" tanya Arka tanpa menoleh pada Alana. Sontak Alana salah tingkah. Ia cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Ng-nggak cuma penasaran aja?" jawab Alana terbata.
"Penasaran?" Arka mengangkat satu alisnya dan menatap Alana dengan tatapan menyelidik.
"E.. em.. enggak kok bu-bukan apa-apa." Alana tertawa hambar.
Sementara itu, tanpa mereka sadari seseorang masuk tanpa permisi menghampiri mereka. Seseorang itu datang dengan tergesa kemudian tanpa aba-aba langsung memeluk Arka.
Alana tercekat melihat kejadian tepat di depan matanya. cepat-cepat ia mengalihkan pandangan dan berusaha mengatur napasnya.
"Huft!"
--***--
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU ITU SIRIUS
Teen FictionTuhan memberikan takdir terbaik dalam hidupku. Karena telah mengijinkan aku bertemu kamu. Sosok laki-laki penuh cinta dan luka. Laki-laki yang memiliki senyum tipis namun hangat. Laki-laki yang memiliki rasa takut akan kehilangan dan bahkan lupa car...