—***—.
.
"Bersamamu membuatku nyaman, namun jatuh cinta denganmu adalah hal yang paling aku takutkan."
•••
Untuk yang kesekian kalinya Bella merasa kesal. Gadis itu membuka mulutnya lebar kemudian memasukan bulatan bakso tanpa mengalihkan atensinya pada gadis yang menyandang sebagai sahabatnya itu.
Bella menghela napas berat, pasalnya sejak tadi ia tak melihat Alana makan. Pandangan Gadis itu hanya kosong lurus kedepan dengan tangan mengaduk-aduk semangkuk bakso yang sudah dingin.
Bella sudah sangat hafal dengan kebiasaan Alana. Sahabatnya itu tengah memikirkan sesuatu dan parahnya Alana tak bercerita apapun, gadis itu banyak diam. Ia juga tampak berbeda dari biasanya semenjak 3 hari yang lalu.
"Aduk terus!! Kalau belum jadi bubur jangan berhenti."
Mendengar sindiran Bella, Alana sedikit mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis. Alana tahu Bella sangat memahaminya. Ia jadi merasa bersalah karena sudah mengabaikan sahabat yang selalu memperhatikannya akhir-akhir ini.
Alana masih belum berbicara lagi dengan Arka setelah pembicaraan terakhir mereka. Masih teringat jelas kalimat terakhir Arka yang menyuruhnya melupakan semua kejadian yang terjadi di rooftop sekolah. Alana menyanggupi, walau sebenarnya ia sendiri tak yakin bisa melupakannya dengan mudah.
Sejak hari itu pula Alana merasa Arka menjauh. Cowok itu tampak menghindarinya, bahkan membuang pandangan ketika mata keduanya tak sengaja bertemu. Jika tahu akan berakhir seperti ini Alana akan lebih memilih tetap diam dan tak membahas apapun.
"Mikirin siapa? Arka?" terka Bella dengan senyum miring.
Alana menghela mengangguk. Ada kalanya gadis itu lelah memikirkan hal ini sendiri. Ia memilih menyerah dan menceritakan semuanya pada Bella.
"Arka, itu susah ditebak."
Bella menarik sudut bibirnya. "Emang sejak kapan lo bisa nebak isi pikiran Arka?"
Alana berdecak. "Terus gue harus gimana? Gue gak sanggup lihat dia ngehindar terus."
Bella tampak berpikir, kedua alisnya bertaut dalam. "Menurut gue dia lagi gak nyaman aja, Lan. Diemin dulu, nanti juga bakal nyapa lagi."
Merasa tak ada lagi yang dikatakan, Alana mengangguk pasrah. Gadis itu mencoba berpikir positif dan berusaha menghilangkan semua pikiran buruknya tentang Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU ITU SIRIUS
Teen FictionTuhan memberikan takdir terbaik dalam hidupku. Karena telah mengijinkan aku bertemu kamu. Sosok laki-laki penuh cinta dan luka. Laki-laki yang memiliki senyum tipis namun hangat. Laki-laki yang memiliki rasa takut akan kehilangan dan bahkan lupa car...