Chapter 3 : Lelaki pasien Papa

316 151 102
                                    

--***--

Sudah lebih dari seminggu ini Alana pindah ke Jakarta. Suasana sekolahnya yang baru sangat berbeda dari sekolah yang ada di Bandung. Kalau bukan karena Kakaknya yang mau lulus. Mungkin ia tak akan pindah.

Sebelum ini Alana tinggal di Bandung dengan Kak Leo, Kakak lelakinya. Sedangkan orang tuanya berada di Jakarta. Sudah lama orang tuanya tinggal di Jakarta karena pekerjaan Papa. Namun Alana dan Kak Leo enggan untuk ikut pindah. Suasana di Bandung lebih adem, teman-temannya pun juga ramah.

Alana membanting dirinya di kursi empuk ruang tamu. "Ahh.. capek banget." Hari ini kegiatan di sekolah sangat padat. Belum lagi ekskul yang ia ikuti seperti tidak ada liburnya. Matanya terasa berat. Saat ia benar-benar akan menutup kedua matanya. Aroma masakan Mama menggagalkannya.

"Loh kamu sudah pulang, Lan?" Suara Papa membuatnya terkejut. "Makan dulu sana. Mama masak enak tuh!" seru Papa yang terlihat terburu-buru.

"Iya pa." Alana menjawab malas. Ia memperhatikan Papa yang sedari tadi mondar mandir mencari sesuatu.
"Ah ketemu." Papa tersenyum setelah menemukan barang yang ia cari kemudian memasukannya ke dalam tas.

"Papa, kerja hari ini? Bukannya kemarin kata Papa libur."

"Iya, tiba-tiba rekan Papa ada keperluan. Jadi Papa harus menggantikannya hari ini. Kemungkinan Papa pulang larut. Karena ada jadwal operasi." Papa menjelaskan tanpa menoleh.

Papa Alana adalah seorang dokter spesialis yang bekerja di salah satu rumah sakit besar di Jakarta. Tak jarang waktu libur harus ia jalani tanpa Papa. Apalagi jika kondisi rumah sakit sibuk. Alana tak suka rumah sakit. Bagi Alana rumah sakit sudah banyak menyita perhatian Papanya. Sehingga jarang ada waktu untuk Alana.

"Oh ya hari ini kamu senggang tidak?" tanya Papa.

"Hari ini Alana gak ngapa ngapain sih Pa, emangnya ada apa?"

"Papa boleh minta tolong? Sebenarnya hari ini Papa harus ke rumah salah satu pasien Papa tapi karena Papa harus ke rumah sakit Papa jadi tidak ada waktu untuk ke sana." Jelas Papa.

"Terus Alana harus ngapain?"

Papa menyodorkan beberapa pack obat obatan. "Tolong kamu antar itu ke rumah pasien Papa ya. Nanti Papa kasih tahu alamatnya. Papa harus berangkat sekarang," pinta Papa yang kemudian menyambar snelli dan mengenakannya.

"Harus aku yang anterin?" tanya Alana "Aku belum bilang setuju kan," lanjutnya.

Kali ini Papa menatap Alana serius. "Kalau bukan Alana, siapa yang mau menolong Papa?" Alana hanya terdiam dan menatap pack obat- obatan itu. "Papa sudah janji akan mengantar obat itu hari ini," tegas Papa.

"Obatnya banyak banget Pa, Pasien Papa sakit apa?" tanya Alana penasaran.

"Dia penderita Sirosis hati. Oh ya.. ada beberapa pesan juga yang harus kamu sampaikan nanti. Jadi, pastikan kamu sampaikan orangnya langsung," jelas Papa yang kemudian menjelaskan pesan yang harus Alana sampaikan. "Papa berangkat dulu. Papa hampir terlambat."

"Papa gak makan dulu?" tanya Alana. Laki-laki paruh baya itu berjalan menuju garasi tempat mobilnya terparkir. Mungkin suara Alana tak terdengar sehingga Papa tak menjawabnya.

--***--

Alana sudah mengintari komplek perumahan hingga pada akhirnya ia menemukannya. Komplek perumahan yang tidak terlalu ramai. Namun, dapat dipastikan rata- rata pemiliknya adalah Crazy rich (Sebutan populer untuk orang kaya.)

Alana berhenti dan memastikan alamat yang ia tuju sudah benar. Kemudian dengan mantap bergegas menuju rumah yang tercantum di alamatnya.

"Cari siapa Dik?" Tanya seorang satpam yang menjaga rumah itu. Alana baru ingat Papa tidak memberi tahu nama pasiennya.

KAMU ITU SIRIUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang