Chapter 18 : Kesempatan

147 93 49
                                    

--***--

Alana mempercepat langkah setelah beberapa menit yang lalu bel istirahat berbunyi. Setelah melihat Arka jatuh tak sadarkan diri, muncul rasa bersalah dalam hatinya. Cowok itu berada di UKS sekolah sekarang dan Alana menuju kesana.

Dapat dipastikan tidak akan ada yang menghalanginya menemui Arka kali ini. Karena Jessy dan Bella mendapat hukuman mengerjakan ulang tugas kelompok di jam istirahat. Sehingga Jessy tidak akan membuat keributan lagi.

Alana menghentikan langkah, ketika ia hampir sampai di ruang UKS. Keempat teman Arka sekarang berada di depan ruang UKS. Sehingga membuatnya sedikit mengurungkan niat untuk menemui Arka.

Reza yang saat itu sedang bersama ketiga temannya menjaga Arka. Sontak menoleh ketika ia melihat Alana yang hanya diam di tengah jalanan koridor. Cewek itu terlihat bingung.

Reza bangkit dan berjalan menuju Alana yang hanya berdiam diri. Ketiga temannya yang melihat Reza yang tiba-tiba pergi hanya saling menatap kemudian mereka ikut beranjak mengikuti Reza.

"Lo mau temuin, Arka?" tanya Reza to the point.

Alana mengangguk pelan. "I-iya, gimana kondisi Arka?"

Reza mengernyitkan dahi saat Alana menanyakan mengenai kondisi Arka. Ia heran cewek itu seperti sudah mengenal Arka lama. Reza bertanya-tanya, apa hubungan Alana dan Arka? Kenapa Alana seperti mengetahui kondisi kesehatan Arka? Padahal Reza tahu, sahabatnya itu selalu enggan menceritakan masalah pribadinya kepada orang lain yang baru ia kenal.

"Dia lagi istirahat di dalam."

"Arka baik-baik aja kan? Dia udah sadar? Tadi pagi dia sudah minum obatnya kan?" tanya Alana bertubi-tubi.

Reza mengangkat sebelah Alisnya sembari menatap Alana dengan menyelidik. "Kayaknya lo tau banyak hal tentang Arka, kalian udah kenal lama?" Tidak menjawab pertanyaan Alana, Reza memilih mengabaikan.

Sebelum Alana membuka suara menjawab pertanyaan dari Reza, seseorang menyahut dari belakang Reza.

"Hai, Aurora!" sapa Justin yang sudah berada di belakang Reza.

"Sorry, Alana," ucap Alana membenarkan.

Justin terkekeh. "Gue tau nama lo Alana. Alana Zhenia Cessa, benarkan?"

Alana mengangguk. "Tapi tadi lo-"

"Salah kalau gue panggil lo dengan nama Aurora?" potong Justin.

"Udah gak usah nanggepin Justin, dia emang sedikit rada-rada. Dari awal dia udah sebut nama lo Aurora," sahut Aldy.

"Soalnya lo cantik, secantik Princess Aurora." Justin memuji Alana sembari menampilkan senyum semanis mungkin. Aldy yang geram dengan cepat menoyor kepala Justin dengan ujung jari. "Pengen muntah," ucap Aldy sembari menatap Justin dengan tatapan mengejek.

Alana yang mendengar pujian dari Justin hanya menunduk wajahnya berubah memerah karena malu.

"By the way, gue denger lo mau ketemu Arka?" tanya Vano dengan wajah serius. "Lo punya hubungan apa sama Arka? Kalian dekat?"

"Em, gue cuma.."

"Lo mau ketemu Arka kan? Lo bisa masuk sekarang. Kita akan tunggu dari depan," ucap Reza memotong ucapan Alana. Alana mengangguk cepat, kemudian ia melangkah berjalan mendekati ruang UKS dan mengabaikan keempat cowok yang masih menatapnya dengan penasaran.

Alana masuk kedalam ruang UKS. Seseorang penjaga tersenyum melihatnya. Alana berjalan dari bilik ke bilik. Ia mencari keberadaan cowok itu berada. Langkah Alana terhenti ketika melihat seseorang yang ia cari tengah terbaring lemah di atas brankar UKS.

Alana menyibakkan kelambu yang memisahkan antar bilik. Ia menatap Arka dengan tatapan sayu. Cowok itu masih memejamkan mata. Tanpa sadar Alana mengulurkan tangan meraih tangan Arka yang terlihat pucat. Alana menggenggam erat tangan cowok itu. "Dingin."

Arka sedikit membuka mata ketika ia menyadari tangan yang hangat tengah menggengamnya erat. Ia mengalihkan pandangan dan mendapati Alana yang masih menggenggam tangannya, hal itu sontak membuat Alana terperanjat dan seketika melepaskan tangannya.

"H-hey Arka." Alana terbata-bata. Jantungnya kembali berdegup kencang. Cowok itu tengah menatapnya dalam. ia juga sadar sudah melakukan tindakan bodoh.

Arka berusaha mengubah posisinya dari berbaring menjadi posisi duduk. Ia mencoba mengangkat dan menopang tubuhnya yang masih lemah dengan kedua tangan.

"Jangan bangun dulu, kamu berbaring aja. Sorry aku harus ganggu istirahat kamu."

Arka menggeleng samar. "Ada apa?" tanya Arka dengan suara yang sedikit serak.

"Aku mau minta maaf, kamu jadi kecapekan karena aku. Kalau aku gak bodoh mungkin kamu gak harus mengerjakan soal yang seharusnya aku kerjakan, " kata Alana penuh penyesalan. Matanya berkaca-kaca, namun ia berusaha agar tak menangis di depan Arka.

"Siapa yang bilang kamu bodoh?" Arka menatap Alana dalam. "Kamu hanya belum terbiasa. Mau aku mengerjakan soal kamu atau tidak, aku akan tetap ambruk."

"Tapi Arka, ka-"

"Kamu tahu sendiri, kondisi kesehatanku buruk. Bahkan aku yakin, Dr. Hans juga membicarakan hal ini sama kamu."

Alana hanya diam, tanpa terasa air mata yang sedari tadi ia tahan perlahan turun.

Arka menghela napas pelan. Tangannya terulur mengusap lembut air mata pada pipi Alana. "Jangan merasa bersalah lagi okey."

--***--

"Gimana?" tanya Vano pada Justin yang tengah menempelkan telinganya pada pintu.

"Si Alana nangis."

"Hah? yang bener lo."

"Apa jangan-jangan.." Justin menatap Vano  dengan tatapan yang menakutkan. "Alana di tolak sama Arka."

Vano menganggukkan kepala yakin. "Fix, iya sih."

Reza melirik kedua temannya dengan kesal. Ia mengayunkan tangannya dan menarik kerah belakang mereka berdua. 
"Berisik banget kalian berdua, gak usah kepo sama urusan orang."

--***--


Alana menopang dagu memandang Arka yang kini sudah terlelap. Masih ada beberapa menit lagi jam istirahat akan selesai dan pelajaran akan kembali dimulai. 

Alana memandang lekat wajah Arka. Cowok itu tetap kelihatan tampan walau ia sedang tertidur. Senyuman Alana mengembang, untuk saat ini saja ia ingin berlama lama di UKS. Melihat dan memandang wajah cowok itu sebentar lagi.

Alana terperanjat ketika ia mendengar ponselnya tiba-tiba ponselnya berdering. Ia merogoh saku baju, dan mengambil ponselnya. Alana mengernyitkan dahi, satu pesan dari nomor tak di kenal.

*Unknown Name

• Hai, cantik!

_______
• 10.45

Mata Alana mendelik ketika membuka dan membaca pesan itu. Jantungnya berdetak cepat dan berkeringat dingin. Sepertinya ia tahu siapa pemilik nomor tak di kenal itu. Alana memiliki perasaan tidak enak.

--***--

KAMU ITU SIRIUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang