--***--
____________________________________
Jessy menepi sesaat setelah Pak Lionel sang guru olahraga pergi meninggalkan lapangan. Ia berjalan kemudian terduduk lesu di pinggir lapangan indoor sekolah. Gadis itu tak bersemangat, pelajaran olahraga yang selalu dinantinya seperti menguap begitu saja. Sejak tadi pandangannya tak teralih pada cowok yang tengah asik berlatih basket dengan timnya.
Sudah terhitung 4 hari ini ia tak berbicara dengan Arka. Ia sudah berusaha selalu mengirimkan pesan singkat dan juga meneleponnya. Bahkan cowok itu terlihat menghindar ketika berpas-pasan dengannya.
Jessy berdecak, ia menunduk sambil merangkul kedua lututnya. Apa lagi yang harus ia lakukan agar Arka mau memaafkan kesalahannya? Jessy sudah kehabisan akal. Ia juga sempat meminta pertolongan pada Amara. Tapi saat Amara mencoba membujuk Arka, hasilnya tetap nihil.
Arka memang tak seperti biasanya. Kalaupun mereka bertengkar, paling lama 2 hari mereka sudah berbaikan.
Gadis itu mengangkat kepala, menatap Arka dari jauh sembari menggigit bibir bawahnya. Memikirkan cara lain agar cowok itu kembali bersimpati. Sungguh ia sudah tidak tahan dengan situasi seperti ini.
Di detik berikutnya, Jessy tersenyum menyeringai. Satu ide jahat terlintas di otaknya. Cowok itu paling tidak tega melihatnya sakit. Sedari kecil Arka selalu menjadi orang pertama yang mengkhawatirkan kondisi Jessy ketika sakit.
Gadis itu beranjak, berjalan menuju sisi lapangan yang paling dekat dengan posisi Arka. Sebelum menjalankan aksi, ia terlebih dulu melirik cowok itu, dan kemudian..
Bruk!
"Jessy pingsan woi!" Teriak salah satu teman kelasnya. Kemudian disusul beberapa teman yang lain. Mereka berlari kecil bermaksud menolong.
Arka yang saat itu akan memasukan bola ke dalam ring berhenti mendadak dan menoleh ke arah sumber suara. Mata Arka melebar saat pandangannya terkunci pada Jessy yang sudah tergeletak di bawah.
Cowok itu melemparkan bola basket ke sembarang arah kemudian berlari menghampiri sahabat masa kecilnya. Arka duduk berlutut sembari memasang wajah cemas setelah berhasil menerobos kerumunan yang menghalanginya.
"Jess," Arka menepuk lembut pipi Jessy. Suaranya terdengar panik. Tanpa berkata lagi cowok itu melingkarkan tangannya di tengkuk leher dan kaki Jessy. Menggendong gadis itu dan berniat membawanya ke UKS. Mengabaikan semua suara yang yang masih memanggil namanya.
Sementara dari jauh Alana hanya memperhatikan sikap Arka yang sangat terlihat dengan jelas mengkhawatirkan Jessy. Setelah Arka membawa Jessy pergi, gadis itu tersenyum miris. Seharusnya ia senang melihat Arka kembali bersama Jessy. Tapi entah mengapa hatinya begitu terasa sesak dan sakit.
"Cemburu?"
Alana terperanjat, ketika Bella yang sejak tadi berada di sampingnya menyenggol lengannya. Gadis itu menoleh, mendapati sahabatnya itu tengah memandangi dengan mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU ITU SIRIUS
Teen FictionTuhan memberikan takdir terbaik dalam hidupku. Karena telah mengijinkan aku bertemu kamu. Sosok laki-laki penuh cinta dan luka. Laki-laki yang memiliki senyum tipis namun hangat. Laki-laki yang memiliki rasa takut akan kehilangan dan bahkan lupa car...