Chapter 20 : Not Dream

178 98 59
                                    

--***--

___________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


___________________________________

Arka beranjak dari tempat tidur, ketika rintik hujan datang. Ia menatap keluar jendela dengan tatapan nanar. Sedari pagi  langit memang sudah mendung. Padahal siang ini ia berniat mengunjungi makam Aleta.

Jika Arka boleh jujur, ia sangat merindukan sosok Aleta dalam hidupnya. Ia teringat kembali ucapan Reygan tempo hari mengenai Aleta. Benar, ia yang telah membunuh gadis yang sangat dicintainya itu. Lalu, apakah Aleta marah pada Arka? Cowok yang telah menyebabkannya meregang nyawa.

Arka mendesah pelan, secara perlahan ia membuka laci meja belajarnya. Dikeluarkannya sebuah buku dengan sampul berwarna hitam. Buku itu adalah milik Aleta, buku yang kemana pun selalu gadis itu bawa. Arka membuka buku itu perlahan, di halaman pertama terdapat selembar foto. Foto itu menampilkan Arka dengan seorang gadis yang tengah tersenyum bahagia di pelukannya.

"Maaf, Aleta." Arka bergumam lirih, dengan tangan bergetar ia sedikit meremas ujung foto itu.

"Aku bener-bener minta maaf." Arka berkata dengan suara serak. Ia merasa matanya sembab. Penyelasan satu tahun yang lalu, tiba-tiba kembali menyakitinya. 

Arka menunduk dalam, matanya kini terpejam. Hingga beberapa saat pintu kamarnya terbuka. Seseorang cowok memegang knob, dan tengah berdiri menatapnya di ambang pintu.

Arka tak menoleh, ia tahu siapa yang selalu suka membuka pintu kamarnya tanpa permisi.

"Bisa, ketok dulu sebelum masuk?" tanya Arka datar, sembari tetap membelakangi cowok itu.

"Bisa," ucap Azka polos. "Sorry, gue gak permisi, gue kira lo tidur."

Arka tak menjawab, ia memilih mengabaikan adiknya yang sekarang tengah menatap punggungnya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Lagian weekend lo dirumah aja. Kumpul sama temen gitu. Jangan dirumah terus Kak, biar lo gak terus-terusan ka-"

"Berisik! Itu bukan urusan lo," ucap Arka memotong ucapan Azka.

Azka hanya manggut-manggut, ia sudah terbiasa menghadapi sikap dingin Kakaknya. Arka dulu tidak sedingin ini, tapi setelah kejadian yang menimpanya setahun terakhir ini. Kakaknya berubah menjadi seseorang yang tertutup.

"Oh ya, temen lo nyariin tuh."

"Siapa?" Tanya Arka datar.

Azka tak menjawab, ia mundur beberapa langkah membiarkan seseorang yang sedari tadi di belakangnya masuk. Kemudian tanpa berkata apapun ia langsung bergegas kembali ke kamarnya.

"Mau sampai kapan lo diem di depan jendela?" tanya Reza sembari terkekeh. Cowok itu menjatuhkan tubuhnya dan duduk di tepi tempat tidur milik Arka.

Arka menoleh kebelakang dan mendapati Reza sahabatnya sudah duduk manis di tepi tempat tidur kamarnya.

"Tumben lo kesini sendiri, biasanya bareng-bareng?" tanya Arka berusaha sebiasa mungkin.

KAMU ITU SIRIUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang