—***—“Mencintai kamu itu sakit.”
“Mencintai kamu itu percuma.”•••
"Bukan kamu kan?"
Jessy memandang sengit pada seseorang yang telah berani menariknya dari kegiatan sains. Ia tak menyangka, Arka akan senekat itu masuk dan membawanya keluar tanpa terlebih dulu mendapatkan persetujuan dari ketua komunitas.
Masih lengkap dengan jubah laboratorium, Jessy melipat kedua tangannya di depan dada. Jika saja seseorang yang saat ini berada di depannya itu bukan Arka. Mungkin semua kata umpatan sudah keluar dari bibirnya dengan kasar. Namun lagi-lagi ia harus menahan kekesalan di depan laki-laki itu.
"Jawab, bukan kamu pelakunya."
Jessy menghela jengah. "Pelaku apa sih, Ka?" Jessy memelankan suara karena kini keduanya masih ada di lingkup sekolah. Walaupun sekarang dirinya dan Arka berada di koridor yang cukup sepi. Gadis itu tentu tak ingin merubah suasana di sana menjadi ramai karena warga sekolah yang berkumpul dan memusatkan dirinya sebagai tontonan.
"Jangan pura-pura," tatap Arka tajam, lengkap dengan nada rendah yang terdengar mengintimidasi.
"Aku bener-bener gak ngerti apa maksud dan tujuan kamu kesini. Kenapa tiba-tiba kamu tuduh aku sebagai pelaku?"
Laki-laki itu terdiam dan hanya tersenyum simpul. Sehingga membuat arah pikiran Jessy kemana-mana.
"Cuma kamu yang benci Alana, Jess."
Hanya satu kalimat, namun berhasil membuat Jessy tertawa miris. "Jadi kamu kesini cuma mau ngomongin cewek pendatang itu."
"Jes—"
"Buat masalah apa lagi dia sampai bikin kamu nekat bawa aku keluar dari ruang laboratorium?" Jessy mulai terpancing emosi, tanpa sadar ia meninggikan suaranya.
"Kamu gak lihat aku sibuk?" lanjutnya kesal.
"Punya salah apa dia sama kamu? Kenapa kamu jadi sejahat ini?"
Hati Jessy terasa tersodok mendapat pertanyaan sekaligus perlakuan menyebalkan dari Arka. Dirinya memang sangat membenci Alana. Ia memang suka melihat Alana tersakiti dan menderita. Namun, kali ini ia benar-benar tidak mengerti maksud laki-laki itu.
"Jahat?" tanya gadis itu tak menyangka.
"Dia hampir kehilangan nyawa, Jes!"
"Kenapa gak mati aja sekalian?!" Jessy berteriak, matanya mulai basah setelah cukup lama menahan rasa sesak di dadanya.
"Apa?"
"Kamu mikir dulu gak sih sebelum nuduh aku?" suara Jessy serak dan bergetar. "Buka mata kamu, Arka. Kamu pikir cuma aku aja yang benci Alana? Menurut kamu, cuma aku aja yang benci dengan kedekatan kalian?"
Arka terdiam, jujur saja ia terkejut dengan ungkapan gadis itu. "Maksudnya?"
Jessy mendengus, tersenyum miring. "Bukan cuma aku aja yang pengen Alana pergi dari hidup kamu." Jessy berkata jujur. Entah dapat keberanian dari mana, kali ini ia akan memantapkan diri untuk mengungkapkan semuanya. Terutama rasa resah yang selama ini ia pendam pada laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU ITU SIRIUS
Teen FictionTuhan memberikan takdir terbaik dalam hidupku. Karena telah mengijinkan aku bertemu kamu. Sosok laki-laki penuh cinta dan luka. Laki-laki yang memiliki senyum tipis namun hangat. Laki-laki yang memiliki rasa takut akan kehilangan dan bahkan lupa car...