Zara terbangun dari tidurnya karena mendengar adzan subuh dan juga alarm dari hp nya yang terus berbunyi.
Zara meraih hp di nakas mematikan alarm yang terlalu berisik, lalu menggulirnya sebentar hanya untuk sekedar mengecek chat yang masuk.
Ia bergegas menuju kamar mandi yang ada di kamarnya untuk mengambil wudhu dan melaksanakan sholat subuh. Setelah melaksanakan kewajibannya sebagai muslim, ia membuka gorden kamarnya untuk membiarkan udara pagi memasuki kamarnya. Ia berdiri di balkon dengan memegang sebuah mug kecil berisi air putih hangat.
Perlahan matahari muncul dengan malu malu, akhirnya Zara memutuskan untuk mandi.
Setelah mandi ia mengambil ancang ancang untuk membangunkan abang nya yang masih tertidur pulas. Tanpa aba aba Zara meloncat ke badan abangnya, Vian yang sedang berlayar ke alam mimpi pun langsung terperanjat.
"Anjir untung adek ya lo."
"Bangun sana udah siang, gue aja udah mandi. Sana keluar gue mau ganti baju."
Tanpa protes Vian berjalan menuju kamarnya dengan langkah semopoyongan, Zara yang memperhatikan lelaki yang benotabe sebagai abangnya itu tertawa kecil seraya geleng geleng.
Zara mengambil seragamnya di lemari dan memakainya, lalu ia juga menguncir rambutnya seperti ekor kuda. Ia memakai sepatu kets berwarna hitam dan putih lalu mengoleskan sedikit make up untuk menutupi wajah pucatnya. Setelah dirasa sempurna, Zara membawa tasnya turun dan menyampirkan jas merah almameter sekolah barunya dibahu.
"Lama banget, perasaan tadi lo udah siap duluan deh pas gue bangun."cibir Vian dengan mengoleskan selai ke roti.
Zara menatap abangnya tajam, Vian seperti tak mengerti wanita saja. Wajar jika abangnya jomblo.
"Bacod lo."
"Dek, gak boleh ngomong kasar."peringat Dita, Zara menyengir kecil lalu mengangguk.
Zara makan dengan cepat membuat makanannya berantakan di sekitar mulutnya, hingga saat Zara makan semua mata memandang ke arahnya.
Dengan mulut penuh gadis itu membuka suara. "Kenapa ngliatin Ara kaya gitu?" tanya Zara.
Vian, Dita dan, Dito menggelengkan kepalanya.
Setelah selesai sarapan Vian pamit untuk berangkat sekolah dahulu naik motor kesayangannya, karena Zara akan diantar oleh Dito dengan mobil.
Tak lama setelah Vian meninggalkan pekarangan rumah, mobil Dito melesat menuju SMA MERAH PUTIH.
Sesampai sekolah Zara dan Dito menuju ruang kepsek untuk menandatangani beberapa berkas lalu Zara diantarkan ke kelas barunya.
Tok tokk..
Zara masuk ke dalam kelas dengan senyuman kecil yang merekah di bibir mungilnya, menyalami tangan guru yang sedang mengajar di dalam.
Setelah itu ia berjalan ke tengah untuk memperkenalkan diri pada teman sekelasnya. Gadis itu melambaikan tangannya seraya menatap satu persatu isi kelas.
"Perkenalkan nama saya Freya Adisazarvi, kalian bisa memanggil saya Zara."
"Kalo manggil sayang boleh gak?"celetuk Radit salah satu playboy kelas sembari membelah rambutnya ke belakang.
Zara memandang lelaki itu aneh, sudah seperti jamet perempatan saja."Apa sih, freak."
"Citarasa sempurna, si Radit sang fuckboy kita dikatain freak guys hahaha. Emang dasar tu buaya darat."
"Beuh cuek aja masih cantik ya"
"Cantik tauk senyumnya."
"Gebet ah."
KAMU SEDANG MEMBACA
About His
Teen FictionIni bukanlah kisah sahabat antara good boy dan good girl, Bukan juga kisah dua orang sahabat sesama anak jenius, ataupun kisah dua orang sahabat yang menjadi most wanted. Inilah kisah dua orang sahabat yang dipisahkan oleh takdir yang kejam, dan kis...