"Lo nunggu siapa? Nggak balik?"tanya Ersha seraya merapikan barang barangnya.
"Nanti aja deh, gue masih males pulang. Masih mau WiFi an hahaha."jawab Zara enteng.
"Dasar pejuang gratisan. Yaudah gue pulang duluan, bang Jeje tercinta nanti malem dateng hehehe."ucap Ersha.
"Waduh, seneng banget dong lo."cibir Zara tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.
"Yaya dong, udah ah gue udah kebelet boker nih. Gue duluan ya, bye bye."
"Bye."
Sepergian Ersha, Zara menghembuskan nafas. Ia meletakkan ponselnya kemudian menenggelamkan kepalanya.
Sebenarnya WiFi adalah alasannya agar Ersha tak khawatir padanya. Alasan terbesar ia tak mau pulang terlebih dahulu adalah "Menghindari Erlan" ia masih takut bila membayangkan amarah Erlan tadi.
"Hari ini dia beda, dan gue benci hari ini."gumam Zara.
Puk...
Zara terlonjak kaget, kemudian melihat orang yang menepuk pundaknya.
"Eh elo di, kenapa? Kan lo pulang bareng Refika, ngapain lo kesini?"tanya Zara.
"Gakpapa cuma mau mastiin keadaan lo aja. Refika masih ke ruang guru dipanggil Bu Cantika."jelas Divo.
"Oh."
Setelah mengatakan itu, Zara kembali menenggelamkan kepalanya.
"Lo kenapa belum balik?"tanya Divo hati hati seraya menepuk pundak Zara.
"Masih nunggu jemputan."jawab Zara asal.
Hening....
Tak lama Zara mendengar bangku yang bergesekan dengan lantai. Mungkin Divo sudah pergi.
Puk...
"Apalagi sih di--- Erlan?"
Erlan diam saja, ia menatap mata Zara. Membuat sang pemilik mata salah tingkah dengan memalingkan wajah ke arah lain.
"Kenapa? Aku hari ini dijemput sama mami kok, jadi kamu gak usah repot repot nganter aku pulang."ucap Zara tanpa menatap Erlan.
Erlan memegang tangan Zara, Zara langsung menghadapkan badannya ke Erlan.
"Akk-aku m--mminta maaf."ucap Erlan secara terbata bata.
Zara menahan air matanya yang menggumpal di pelupuk matanya.
"Zar, gue minta maaf soal tadi. Gue gak tau apa apa kemarin, gue saat itu gak sadar. Maafin gue, gue gaktau kalo elo yang nolong gue, bukan Gladys."ucap Erlan.
Tes..
Dengan cepat Zara mengusap air matanya. Kemudian tersenyum menghadap Erlan.
"Kamu gak perlu minta maaf, kamu gak salah kok. Em yaudah aku pulang duluan, mami udah nunggu di depan."pamit Zara seraya mengambil tas nya kemudian beranjak keluar kelas.
"Zar."panggil Erlan.
Zara mengembuskan nafasnya, ia memaksakan tersenyum dan menghadap ke belakang.
"Makasih."ucap Erlan lirih dengan tulus.
Zara hanya menganggukkan kepalanya, kemudian ia pergi meninggalkan kelas.
"Gak seharusnya gue kaya gini."gumam Erlan.
Disisi lain, Zara berlari menuju gudang. Ia sudah tak kuat menahan air matanya. Ia duduk di sudut dinding dan menangis tersedu sedu.
"Kenapa kamu bohongi aku lan, kenapa kamu mau lanjutin hubungan ini kalo kamu cinta sama Gladys. Apa sih istimewanya Gladys daripada aku hiks hiks."

KAMU SEDANG MEMBACA
About His
Teen FictionIni bukanlah kisah sahabat antara good boy dan good girl, Bukan juga kisah dua orang sahabat sesama anak jenius, ataupun kisah dua orang sahabat yang menjadi most wanted. Inilah kisah dua orang sahabat yang dipisahkan oleh takdir yang kejam, dan kis...