Pagi ini mereka sudah sampai di rumah masing masing, tak usah ditanya bagaimana perjalanan pulang mereka tadi. Karena jika diceritakan pun hanya membuat sakit hati.
Mungkin kalian sudah tau apa yang dimaksud. Ini masih seputar Zara, Erlan, dan Gladys. Sampai sini paham apa yang kita kira terjadi?
Sepulang dari Lembang, Zara memutuskan untuk bermain di rumah Refika terlebih dahulu. Dengan alasan orang tua dan kakaknya sedang tidak ada di rumah.
Alhasil Erlan dan Gladys pulang bersama terlebih dahulu, itu mungkin lebih baikkan? Daripada ia harus menahan rasa cemburu jika semobil dengan mereka.
"Zar, mau aku anter pulangnya?"tanya Refika seraya merapikan baju miliknya.
"Gak usah deh fik, gue naik taksi aja. Lo pasti capek, gue gak mau ngerepotin lo."tolak Zara halus.
"Alah, enggak papa kali, aku gak capek kok."
"Gak usah fik, makasih. Gue nanti masih mau ke rumahsakit."ucap Zara.
"Ngapain ke rumah sakit? Kamu sakit zar?"tanya Refika khawatir seraya menyentuh dahi Zara.
"Astaga haha, enggak kok. Mau jenguk orang."jawab Zara jujur. Memang ia berniat untuk menjenguk Ambar.
"Yaudah aku anter aja kesana."ucap Refika.
"Enggak usah Fika, gue bisa pulang sendiri. Lagian gue udah pesen taxi online nih."
Refika menghembuskan nafas lelahnya, terkadang ia merasa kasihan dan iba kepada Zara. Namun, ia terkadang juga merasa geram kepada Zara karena ia mau saja mempertahankan hubungannya dengan Erlan yang hanya membuat dirinya makan hati.
"Zar zar, kamu kok betah sih ngadepin pacar kaya Erlan. Aku yang gak ikut jadi pacarnya aja geregetan."geram Refika.
"Sebenernya Erlan itu romantis kok. Tapi ya cuma karena ada Gladys aja. Dia gak pengen kalo dia disebut sahabat gak berguna sama Gladys, soalnya kalo ada apa apa Gladys slalu ada buat Erlan."ucap Zara.
"Sepenting apa sih emang Gladys di mata Erlan. Kok kayanya dia harus serba perfect di depan wanita itu."ketus Refika sembari masuk ke dalam kamar mandi.
"Sepenting hewan langka yang harus dilindungi agar tidak punah."ucap Zara seraya terkekeh.
"Oh si Gladys itu sebangsanya Kingkong gitu ya mungkin hahahahaha."ucap Refika.
"Hus, gak boleh bilang gitu ah Fika."peringat Zara.
"Biarin! Untung aja tadi aku liat, kalo enggak bisa bisa itu cewek semakin menjadi jadi zar."
Memang tadi saat di mobil, Erlan dan Zara duduk di kursi yang sama seperti saat mereka berangkat. Namun tiba tiba Gladys meminta untuk duduk di tengah tengah Erlan dan Zara, dengan alasan dia tidak mau duduk di samping jendela.
Gladys terus saja bercerita kepada Erlan, Erlan juga selalu merespons Gladys tanpa memperdulikan Zara.
Refika tadinya sudah memiliki firasat buruk. Jadi ia mengode Ersha untuk bertukar posisi. Memang awalnya Ersha menolak, karena ia masih ingin duduk di samping Jevan.
Namun akhirnya Refika berhasil membujuknya dan Ersha meminta Jevan dan Divo bertukar posisi duduk dengan Zara dan Gladys. Jadilah, Ersha duduk dengan Gladys sedangkan Zara dengan Refika.
Setelah sampai rumah, Gladys masih bisa bisanya berulah. Entah itu memang terjadi ataupun hanya alasan. Menurut Refika, Gladys hanya berpura pura sakit kepala agar Erlan mengantarnya pulang dan meninggalkan Zara.
Zara tak mempermasalahkan itu semua. Namun, Refika tak terima jika sahabatnya diperlakukan seperti itu. Memang sejak di villa, Zara menjadi dekat dengan Refika. Karena kemana mana pasti ia dengan Refika, terkadang juga dengan Ersha tapi mereka lebih sering menghabiskan waktu berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
About His
Teen FictionIni bukanlah kisah sahabat antara good boy dan good girl, Bukan juga kisah dua orang sahabat sesama anak jenius, ataupun kisah dua orang sahabat yang menjadi most wanted. Inilah kisah dua orang sahabat yang dipisahkan oleh takdir yang kejam, dan kis...