AKHIR CERITA KITA

21 0 0
                                    

Seteah beberapa hari izin, hari ini Zara kembali bersekolah. Ia jenuh jika terus terusan tidur, jadi ia putuskan untuk berangkat ke sekolah.

Selama Zara tidak masuk, Ersha, Refika dan Arka sepulang sekolah pasti pergi ke rumah sakit untuk mengulangi pelajaran yang mereka dapatkan. Sedangkan Erlan entah dimana ia, entah karena apa, ia tak kelihatan sama sekali.

"Pagi mami, papi."sapa Zara yang datang dengan mendorong kursi rodanya. Setelah pulang dari rumahsakit, sementara kamar Zara dipindahkan di bawah.

"Pagi juga Ara sayang. Sini sini ayo makan, papi bantuin."ucap Dito seraya mendorong kursi roda Zara.

"Bang Ian belum pulang mi?"tanya Zara seraya melihat ke arah tangga.

"Bang Ian mu lagi lomba, dia dua hari di rumah temannya nginep ternyata latihan futsal. Terus besoknya dia berangkat. Mami sama papi aja dikabarin lewat telfon."jelas Dita.

Zara tersenyum sendu, Pandai sekali abangnya menghindari dirinya.

"Udah ayo makan."

Mereka bertiga pun menyantap sarapan mereka. Setelah selesai, Zara berangkat dengan diantar oleh Dito.

Sesampai sekolah, ia dibantu turun oleh Arka. Arka dan Refika sudah stay di depan gerbang untuk menunggu kedatangan Zara.

"Om titip Ara sama kalian ya."

"Siyap om, udah tugas kita untuk ngejagain Zara."ucap Refika.

"Yasudah, Om berangkat dulu ya anak anak. Belajar yang bener kalian. Dada."

"Dada papi, hati hati."

Arka, Zara dan Refika masuk ke dalam sekolah, saat mereka melewati tengah lapangan tiba tiba Erlan muncul di depan Zara dengan senyuman sinis.

"Si cacat udah masuk aja."sindir Erlan dengan tersenyum sinis.

"Mm--maksut kamu apa?"tanya Zara seraya menahan air matanya yang meronta ronta keluar.

"Lo kan cacat, salah gue panggil lo cacat? Gak bisa jalan gitu, apa namanya bukan cacat?"

"Stroke? Hahahahaha."ucapan Erlan yang kelewat keras itu memancing para siswa untuk mengerubungi mereka.

"Liat tuh guys, anak cacat gak mau dikatain cacat!"ucap Erlan seraya menunjuk Zara.

Arka yang tak terima, maju dan mencengkeram kerah seragam Erlan. Erlan tersenyum sinis.

"Liat semua! LIAT! Pahlawan kesiangannya si cacat emosi hahahaha."ucap Erlan mengejek, sebagian siswa tertawa.

"DIEM LO! LO GILA?"bentak Arka.

"Arka, Arka udah. Jangan buat ulah, nanti kena guru BK ka."peringat Zara seraya menarik lengan Arka.

"Gue gak gila! Yang gila itu DIA, DIA GILA KARNA CINTA SAMA GUE!"ucap Erlan seraya menunjuk Zara.

Di belakang Erlan, para sahabatnya memandang Zara dengan iba. Mereka tak menyangka akan terjadi seperti ini.

"APA MAKSUT LO?!"

"Oke gue jelasin ya, disini ditempat ini waktu ini menit ini dan detik ini juga. GUE MAU PUTUS SAMA LO!"

Deg...

Apa?!

Putus?!

Zara tidak salah dengar kan? Erlan memutuskannya?

Memutuskan hubungan mereka?

"Putus? Tapi kenapa lan?"lirih Zara, air mata yang sedari tadi ia tahan, akhirnya keluar juga.

About HisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang