"WHAT ITUKAN ERLAN! KOK BERANGKAT BARENG SAMA SI ANAK BARU!"
"Erlan? Yaampun baru pertama kali lho dia gonceng cewe selain Gladys."
"Kok bisa barengan sih mereka?"
"Sebenernya Gladys siapa nya Erlan sih?"
"Sabar Ara, sabar sabar anggap aja angin lalu."gumam Zara seraya mengelus dadanya, ini sudah beberapa kali ia menghebohkan sekolah nya padahal masih belum genap satu bulan ia bersekolah di sini.
Erlan yang baru saja mencopot helm nya, mengerutkan dahinya mendengarkan gumaman Zara.
"Lo kenapa?"
"Gak papa kok, cuma ngerasa sedikit kesel aja. Udah dua kali aku bikin gempar dan ini untuk yang ketiga kalinya, emang ya murid disini tuh suka banget ngurusin urusan orang."
Erlan menyunggingkan senyumnya, terkekeh. Membuat Zara sedikit terpesona melihat ketampanan lelaki itu dari samping.
"Tenang aja gak usah di dengerin, gak guna."Erlan merangkul pundak Zara sedikit mendorong gadis itu agar mulai berjalan.
Zara menoleh ke arah Erlan dengan mulut terbuka, jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya.
Tak..
Melihat Zara yang terus menatapnya dengan wajah yang terperangah membut Erlan harus menyentil kening gadis itu.
"Aduh sakit Erlan."ringis Zara seraya mengelus dahinya.
"Lagian, hobi banget ngelamun. Ngelamun apaan sih lo?"
"Enggak kok."
Erlan melepaskan rangkulan di pundak Zara, kini lelaki itu mengulurkan telapak tangannya. Zara yang tak paham menatap bingung Erlan, akhirnya setelah menghembuskan nafasnya karena kesal akam kelemotan Zara, Erlan meraih tangan Zara dan menggenggamnya.
Pipi Zara terasa memanas mungkin kini wajahnya sudab seperti kepiting rebus, Hatinya berbunga bunga, ia tak henti henti nya tersenyum di sepanjang koridor sampai tak menyadari suatu hal.
"Loh, kelas aku kan bukan lewat sini?"tanya Zara.
"Kata siapa kita mau ke kelas, ikut gue dulu."bisik Erlan dengan tersenyum manis.
Karena jarak mereka yang terlalu dekat, Zara bisa merasakan hembusan nafas dari Erlan yang membuat bulu kuduknya berdiri.
"Ya ampun calon husband, pinter banget sih kalo bikin gue berbunga bunga."
Zara menautkan alisnya, ketika Erlan membawanya ke tengah lapangan.
"Tunggu sini bentar."
"Kok malah ke lapangan sih?"gumam Zara pelan tanpa sepengetahuan Erlan.
"Eh kamu mau kemana?"teriak Zara saat Erlan berlari meninggalkannya.
"Ini maksutnya apaan sih, mau kekelas eh malah diajak ke lapangan, sekarang ditinggal pula."gerutu Zara.
Tak lama beberapa murid mengerubunginya, ia juga melihat teman teman yang biasanya bersama Erlan membawa balon dan sebuah tulisan.
Tiba tiba pundaknya ditepuk dari belakang. Ia berbalik dan alangkah terkejutnya Zara saat mendapati Erlan yang berjongkok di depannya dengan membawa sebucket bunga.
"Zar, gue udah suka sama lo sejak lo masuk ke sekolah ini. Mulai sekarang gue mau lo jadi pacar gue."
Zara menutup mulutnya tak percaya, wajahnya sungguh jelek bila dibayangkan. Suara Erlan terngiang ngiang di telinganya, walau kemarin sebenarnya Erlan sudah meminta dirinya menjadi pacarnya, tetapi tetap saja dirinya terkejut. Apalagi Erlan mengatakannya di depan pasang mata para murid.

KAMU SEDANG MEMBACA
About His
Teen FictionIni bukanlah kisah sahabat antara good boy dan good girl, Bukan juga kisah dua orang sahabat sesama anak jenius, ataupun kisah dua orang sahabat yang menjadi most wanted. Inilah kisah dua orang sahabat yang dipisahkan oleh takdir yang kejam, dan kis...