Hari libur mungkin terasa menyenangkan untuk sebagian besar orang di muka bumi ini, tapi tidak dengan Zara. Karena pada hari libur ia akan merasa seperti manusia yang tidak berharga di dunia, meski memang iya.
Apalagi saat ini mami nya pergi ke luar kota, jika mami nya ada di rumah pasti dia tidak akan sebosan ini karena Dita pasti akan mengajak Zara untuk berbelanja atau liburan.
Sebenarnya Zara bisa saja berangkat sendiri, namun saat ini uang di dompetnya sedang menipis.
Telotetoletolet...
Tiba tiba ponsel di nakas kamarnya berbunyi, ia yang sedang bersantai di balkon langsung berjalan mengambil ponsel.
"Halo mami, kenapa?"
"Kamu lagi ngapain sayang?"
"Menurut mami?"
"Pasti kamu lagi mati kebosanan di kamar karena jomblo gak ada yang ngajak main."
"Mami ih, mami kalo nelpon cuma mau ngehina Ara mending Ara matiin deh."
"Eh ya jangan dong, engga engga maaf deh. Ini mami baru aja transfer ke rekening kamu, pake aja uangnya biar anak cantiknya mami gak gabut."
"Serius mi?!"
"Iya dong, apa sih yang enggak buat Ara cantiknya mami."
"Makasih mami, abis ini Ara mau main kalo gitu. Bang Ian nakal mi, masa Ara udah ditinggal dari pagi katanya apel doi nya mana Ara nggak diajak."
"Oya? Nanti kalo mami pulang, mami jewer deh tu telingan abangmu. Yaudah sana seneng seneng, mami medicure pedicure dulu."
"Oke mami, bawain oleh oleh ya."
"Siap, bye nak cantik mwa."
Tut...
Zara membuka aplikasi bank dari ponselnya, setelah ia lihat mamanya benar benar mengirimkan uang padanya dengan nominal yang lumayan banyak. Gadis itu bersorak lalu langsung mengganti bajunya.
Setelah selesai bersiap siap, gadis itu turun menuju bagasi untuk menyalakan mobil milik maminya kemudian melaju menuju surga wanita, mall.
Sepanjang perjalanan, Zara memutar radio di mobilnya seraya bernyanyi ria. Ia menarik nafasnya menikmati hembusan angin, ia benar benar merasa bahagia.
Saat sedang menikmati alunan musik tiba tiba lampu berubah membuat dia terpaksa menginjak rem nya, badannya sedikit terhuyung ke depan.
Zara mengetuk setir mobilnya seraya meneliti sekitar untuk mengatasi kegabutan menunggu lampu merah yang sangat lama.
Saat matanya menelusuri sekitar, netranya menangkap satu sosok yang ia kenal, matanya menyipit memastikan apa yang di lihatnya benar.
Sosok laki laki itu sedang tertawa bersama seorang wanita yang ada diboncengannya, bahkan tangan lelaki menggenggam erat tangan gadis dibelakangnya.
"Itu kan Erlan?"
"Siapa cewek yang di bonceng itu ya?"
"Kenapa rasanya sakit ya, gue gak jatuh cinta beneran kan ke Erlan?"
"Zara sadar, lo itu cuma mengagumi ketampanan si Erlan dan gak lebih. Kenapa lo kaya gini sih?!"
"Tapi emang sikap Erlan belakangan ini buat gue luluh, dia beda sama cowo yang gue kagumi selama ini."
"Ya walau dia cuek, omongannya pedes, wajahnya rata, ketus, suka marah marah, tapi sebenarnya hati dia itu lembut, dia care banget."
"Apa ini yang jadi alasan kenapa gue gak suka kedatengan Aldi lagi, karena hati gue bercabang ke Erlan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
About His
Ficção AdolescenteIni bukanlah kisah sahabat antara good boy dan good girl, Bukan juga kisah dua orang sahabat sesama anak jenius, ataupun kisah dua orang sahabat yang menjadi most wanted. Inilah kisah dua orang sahabat yang dipisahkan oleh takdir yang kejam, dan kis...