BULLYING

177 12 1
                                    

"Bang bang bang, itu itu!"

Vian menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Zara, tapi tak ada siapapun di koridor.

"Apaan sih ar? siapa?"

"Itu si cowok yang gue ceritain."Zara menarik baju seragam Vian sampai bajunya miring memperlihatkan kaos hitam yang dia pakai untuk dalaman.

"Mana? Orang gak ada siapa siapa. Oh gue tau, apa jangan jangan cowok yang lo taksir itu ghaib ya?"ucap Vian dengan wajah yang tak bisa diartikan.

"Ghaib mata lo itu yang ghaib, dia udah belok tadi. Lo sih lemot, makannya punya mata tu yang sret sret sret gitu lho."

Vian membenarkan bajunya kemudian menyeruput es teh nya. "Sret sret sret sret lu kira ingus."

"Ck tau ah bang."

"Kapan kapan aja deh, lagian gue juga gak terlalu penasaran sama tu orang."Vian mengedikkan bahunya acuh.

"Tapi gue gak sabar ngasih tau lo, siapa tau lo kenal lo bisa bantu gue nyomblangin gitu."ucap Zara sembari menaik turunkan alisnya.

"Idih, kalo pun dia orang yang gue kenal atau sahabat gue sekalipun pasti gue gak akan nyomblangin kalian. Karena ini tu tentang perasaan dan kita gak boleh memaksakan perasaan orang lain harus sama dengan perasaan kita."

Zara terperangah mendengar ucapan abangnya yang sedikit waras.

Prok prok prok..

"Mantap, tumben bijak. Lagian tadi gue cuma becanda kali."

Zara memakan permen lolipop seraya menatap dua remaja yang sedang berpacaran berjalan berdua di depan mereka. Sontak Zara menoleh ke arah Vian dengan wajah penuh rasa ingin tahu.

"Lo normal gak sih bang?"

Vian tersedak dan menyemburkan es teh nya. Pertanyaan Zara itu terlalu tiba tiba dan mengejutkannya.

"Maksut lo?"

"Ya setau gue lo gak pernah naksir sama cewek gitu."ucap Zara.

Vian menyentil kening Zara."Heh! Hati orang mana ada yang tau sih."

"Ya lo aneh banget, cewe cantik kaya yang waktu itu di kantin lo tolak."

Vian menaikkan satu alisnya.
"Siapa?"

"Itu yang waktu gue pertama masuk, yang ngebully anak orang di kantin."

"Oh Bianca, iya gue akuin dia cantik tapi sayang gila."ucap Vian sembari menaruh telunjuknya di dahi.

"Hahahahaha, hati orang siapa yang tau sih. Iya lo sekarang ogah ogah ke dia siapa tau besok?"

Vian mengetukkan tangannya ke meja.

"Naudzubillah, jangan sampe yaallah. Eh lagian ya gue sekarang lagi punya doi, tinggal tanggal mainnya aja gue bakal tunjukkin ke lo."

"Beneran?"

"Iya bener lah, masa ganteng ganteng gini gak punya doi, ya sorry yang mau jadi doi gue ngantri ngantri."sombong Vian.

About HisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang