"Eh bang, abang tau gak?"Zara sedikit berteriak karena suaranya berpadu dengan suara angin jalanan.
Hari ini ia berangkat berdua menaik motor bersama Vian, karena papanya pergi keluar kota.
"Tau apa?" tanya Vian tanpa mengalihkan pandanganya dari jalan.
"Kemarin waktu gue keliling sekolah kan gue ketemu cowok ganteng banget bang. Sumpah idaman gue banget, udah putih, ganteng, tinggi, bad boy look pula. Tapi sayang satu tatapannya tajem banget, trus kalo ngomong tu ya pedes abis. Abang tau?"
Vian bergedik sendiri."Idih cowok idaman! Heh dari ciri-ciri yang barusan lo sebut, banyak kali ar cowok kaya gitu di sekolah kita."
"Ya pokoknya itu lah bang, cocok banget pasti kalau jadi pacar gue."Zara tersenyum seraya membayangkan jika ia dan cowok yang ia temui kemarin berkencan, pasti menyenangkan.
"Alah kaya bisa bisa aja, Aldi apakabar?"ejek Vian.
Wajah berbinar Zara berubah menjadi wajah suram."Plis deh bang, gak usah mulai. Gue pengen bener bener lepas bang dari dia, tolong kerjasamanya."
"Oh ya, Masa? Sejak kapan lo bisa berpaling dari dia?"
"Sebenernya rasa itu masih ada tapi gue berusaha lepas buat melupakan semuanya bang."
Vian tersenyum kecut, keduanya diselimuti keheningan dengan pikiran masing masing yang sedang berkecamuk.
Sesampai sekolah, Vian melepaskan helm Zara karena tangan Zara memegang tas Vian dan juga totebag berisi tugas sekolahnya.
Dua adik kakak itu berjalan santai di koridor padahal mereka sudah telat lima belas menit.
"Sana masuk, nanti bilang aja ban nya bocor."
"Jangan macem macem, di aamiin in malaikat mampus."ucap Zara memperingati.
"Pokoknya nanti kalo lo ketemu sama cowok idaman lo jangan lupa calling calling ya?"
"Iya."
Sepergian Vian di belokan kelas, Zara melangkah menuju kelasnya namun sepertinya keberuntungan tak berpihak padanya, karena di depannya sudah berdiri seorang guru wanita dengan wajah garangnya.
"Jam berapa ini?"
Dengan polosnya Zara melirik jam di tangannya.
"Jam 07.25 bu."
Guru itu memutar bola mata."Kenapa baru datang? Kamu terlambat 25 menit."
"Em anu bu itu saya tad---"
"Banyak alasan, sekarang hormat bendera sampai bel pertama selesai."potong guru wanita tersebut.
"Yah bu, saya murid baru lho. Baru aja masuk kemarin masa udah dihukum aja."ucap Zara meminta negoisasi.
"Saya tidak peduli, mau kamu murid baru mau kamu murid lama hukuman tetap hukuman."
"Anjir."
Dengan refleks Zara menutup mulutnya karena telah mengatai gurunya.
"Kamu berani bicara seperti itu ke saya?" tamya guru itu tajam.
"Enggak bu enggak tadi cuma refleks gara gara ada kecoa lewat bu suer beneran ampun."
KAMU SEDANG MEMBACA
About His
Teen FictionIni bukanlah kisah sahabat antara good boy dan good girl, Bukan juga kisah dua orang sahabat sesama anak jenius, ataupun kisah dua orang sahabat yang menjadi most wanted. Inilah kisah dua orang sahabat yang dipisahkan oleh takdir yang kejam, dan kis...