"Mau jalan dulu gak?"
"Jalan kemana?"
"Panti asuhan gimana?"
"Wah mau dong."
Akhirnya kedua anak manusia itu menuju puncak ke panti asuhan milik Bu Atik.
"Mampir ke mang Opik dulu yuk, nanti kita suruh mang Opik ke panti, kita makan bakso bareng bareng disana."usul Zara, sejak tadi perutnya mengaduh kelaparan.
"Hm ide bagus."
Perjalanan yang cukup panjang itu mereka habiskan untuk menyanyi bersama juga mengobrol hal yang unfaedah.
"Pengen lagi deh hujan hujanan di taman tadi, trus lari lari kaya dulu lagi."ucap Zara memandang ke luar jendela.
"Huft apalah daya sekarang aku cacat kaya gini."pandangan gadis itu menatap lurus ke depan dengan kosong, raut wajahnya berubah menjadi sendu.
"Jangan sedih, gue yakin lo pasti bisa jalan lagi kok. Semangat cerewet."
Erlan mengelus lembut rambut Zara, gadis itu kembali tersenyum manis. Semangat dalam dirinya kembali bangkit hanya karena ucapan singkat dari Erlan, memang benar kata orang kalau ucapan orang tersayang sangat berarti walau sederhana.
Sesampai kedai mang Opik mereka berdua mengajak mang Opik berjalan ke panti asuhan.
Erlan membantu Zara mendorong kursi roda, mobilnya ia parkir di kedai mang opik.
"Wah ada siapa ini bawa gerobak bakso?"sambut bu Atik yang saat itu sedang menyiram bunga di teras panti.
"Eh ada anak cantik juga, kabar baik zar?"
"Alhamdulilah baik bu, ya walau kaki Zara kaya gini."
"Ssst itu musibah, anggap aja bentuk pengurangan dosa kamu."ucap bu Atik.
"Iya bu terimakasih."
"Anak anak dimana bu? Zara udah kangen sama Keysha."
"Ada di belakang seperti biasa lagi main, ibu panggilkan dulu."
Bu Atik pergi ke belakang rumahnya untuk menanggil anak anak panti asuhan.
Tak lama suara anak kecil mendekat ke halaman panti, dari yang kecil sampai yang sudah cukup dewasa berlarian menyerbu bakso mang Opik.
"Kak Zara!"teriak gadis kecil dengan kunciran kepang dua, ia Keysha. Wajahnya masih sama seperti saat terakhir bertemu dengan Zara, gadis kecil itu benar benar girang seperti tak ada beban dalam hidupnya.
"Keysha!"
Keysha berlari memeluk Zara, keduanya sama sama merindukan satu sama lain. Walau pertemuan mereka terbilang singkat, namun Zara sudah menyayangi Keysha seperti adiknya sendiri.
"Kakak kenapa ada di atas kursi roda?"Keysha tampak bersedih melihat kondisi Zara.
"Kakak cuma capek jalan."
Tanpa di duga gadis kecil itu menangis seraya memeluk Zara, ya memang Zara juga cengeng ia ikutan menangis.
"Keysha jangan nangis dong, kan kakak jadi ikutan sedih."
Erlan mengelus pundak Zara, ia tersenyum iba. Jujur ia salut pada kedua gadis itu, walau tak ada hubungan darah tapi kedekatan mereka seperti layaknya saudara.
"Keysha sedih kak, hiks hiks. Keysha mau marahin orang yang udah bikin kakak kayak gini."ucap Keysha.
Erlan menarik Keysha pelan, kemudian berjongkok menyamai tinggi gadis kecil itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
About His
Teen FictionIni bukanlah kisah sahabat antara good boy dan good girl, Bukan juga kisah dua orang sahabat sesama anak jenius, ataupun kisah dua orang sahabat yang menjadi most wanted. Inilah kisah dua orang sahabat yang dipisahkan oleh takdir yang kejam, dan kis...