"Jujurlah sayang, aku tak mengapa. Dia semua jelas tak berbeda. Jika nanti aku yang harus pergi. Ku terima walau sakit hati."
Lagu Repvublik-Sandiwara Cinta mengalun dari ponsel milik Zara. Zara, Ersha, dan Arka kini bernyanyi bersama untuk mengatasi kegabutan mereka. Mereka sedang malas untuk pergi ke kantin.
"Ku terima, walau sakit hati."Zara sangat menghayati lagu ini, buktinya ia sampai menangis.
"Idih, baperan anjir."cibir Arka.
"Biarin lah! Kalian tu soalnya gak menghayati banget kaya gue. Gue tuh merasa seakan akan lagu itu adalah kisah nyata gue. Makannya gue baper tingkat dewa."
"Ngenes banget sih kisah cinta lo, jadi pengen ngubur idup idup deh."ucap Arka dengan wajah penuh prihatin.
"No! Jangan! Arka gak boleh ngubur Erlan."cegah Zara.
"Siapa yang mau ngubur Erlan? orang gue mau ngubur lo."sarkas Arka.
"Kok gue?"
"Iya biar telmi dan stupid lo itu waras. Lagian sih mau aja di manfaatin sama Erlan buat pelampiasan."ucap Arka.
"Arka tau darimana sih? Jangan sok tau deh Arka. Kita itu tidak boleh berprasangka buruk terhadap orang lain."ucap Zara.
"Idih, tumben bener otak lo."cibir Ersha.
"Iya nih, tumben kenceng. Tapi tetep aja bodoh soal cinta."sembur Arka.
"Oh ya men temen. Tadi waktu gue di toil---"
"Ara! Lo apain pacar gue?"potong seseorang dari ambang pintu dengan wajah emosi.
"Apaan sih bang, kagak gua apa apain."ucap Zara.
Vian melangkah ke arah Zara dengan menggandeng Bella yang wajahnya penuh luka lebam dan bajunya berantakan.
"Apa yang lo lakuin ke Bella hah?!"bentak Vian.
"Gue gak apa apain bang, sumpah demi satu dus permen lollipop."bela Zara.
"Gak usah ngeles deh. Gue punya rekamannya kok."ucap Vian, kemudian Vian memutar sebuah rekaman. Zara terbelalak, itu adalah kata kata yang dikeluarkannya saat ia di bawa ke gudang oleh Bella dan Bianca.
"Lo kalo gak suka sama Bella, bilang aja! Gak usah SOK baik, sok menerima padahal di belakang gue lo malah nyakitin dia."
Kata kata Vian sungguh melukai hatinya, seumur umur ia baru mengetahui bahwa Vian semarah ini. Tak terasa air matanya mengalir.
"Tapi gue gak nyakitin kak Bella, bang."ucap Zara dengan suara parau.
"Gak usah nangis buat cari muka! Lo itu bermuka dua ar, gak usah nyari muka untuk ke tiga kalinya. Gue kecewa sama lo, gue nyesel bangga banggain lo, dan gue rasanya udah gak SUDI jadi Abang lo."
Jduarrr...
Setelah mengatakan itu, Vian pergi dari kelas Zara. Zara duduk di bangkunya dan menangis. Ersha dan Arka hanya bisa membantu menenangkan Zara, karena juga bingung akan membantu dengan cara apa.
"Zar, kalo gue bisa gue akan bantu lo kok. Gue percaya sama lo, tapi kita gak punya bukti buat ngeyakinin bang Vian."ucap Ersha.
"Gue sebenernya juga udah tau kalau Bella itu bukan cewek yang baik baik. Tapi bener kata Ersha, kita gak punya bukti."
"Gue hiks hiks gak nyangka Abang gue yang gue bangga banggain, malah percaya sama orang lain daripada gue sha, ar."
Ersha dan Arka bertatapan dengan penuh arti, mereka juga bingung harus melakukan apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
About His
Teen FictionIni bukanlah kisah sahabat antara good boy dan good girl, Bukan juga kisah dua orang sahabat sesama anak jenius, ataupun kisah dua orang sahabat yang menjadi most wanted. Inilah kisah dua orang sahabat yang dipisahkan oleh takdir yang kejam, dan kis...