PULANG

309 16 3
                                    

Kaki jenjang milik seorang CEO muda yang cantik mendarat di bandara internasional.

Dengan kacamata hitam yang terpasang di wajahnya, gadis itu berjalan dengan raut wjaah datar. Banyak hal yang berkecamuk di dalam pikirannya.

"Selamat pagi miss, akhirnya anda datang juga. Mari kita pulang."ucap seorang sopir yang menjemput wanita itu.

Mobil hitam mewah itu melesat menuju kediaman Dito Praja.

Setelah beberapa menit ditempuh, akhirnya mobil itu masuk ke dalam pekarangan rumah.

Gadis itu membuka pintu mobil dan berjalan masuk ke rumahnya. Ia menengok ke kanan dan ke kiri, ternyata rumahnya masih sama seperti dulu, dan ia sangat merindukan suasana di bangunan ini.

Saat masuk ke dalam rumah ia langsung disambut oleh mami papinya. Gadis itu berlari memeluk kedua orang tuanya, sudah satu tahun ia tak bertemu mereka.

"Miss Zara kita akhirnya pulang."

"Ara kangen banget sama mami papi."

"Ayo kita duduk dulu, kamu pasti capek."ucap Dito.

Mereka duduk di ruang tengah, disana sudah tersedia banyak makanan yang telah disiapkan oleh Dita. Ia ingin putrinya merasakan kembali masakan Asia, jadi wanita paruh baya itu sangat antusias menyuapi Zara sampai pipinya mengembung.

"Minum mi minum."

Dita mengambilkan minum untuk Zara lalu menyuapinya lagi.

Dito geleng geleng melihat tingkah istri dan anaknya.

"Ternyata bu CEO kita ini anak mami ya."

Dita mengelus rambut Zara, ia sangat bangga pada putrinya di usia nya yang masih muda dia sudah mendirikan perusahaan miliknya sendiri.

"Sedewasa dewasanya miss Zara, dia tetap putri kecilnya mami."

"Bang Ian sama kak Laura kemana mi?"

"Mereka lagi di rumah orang tuanya Laura, sama Calvin juga."

Calvin adalah anak dari Vian dan juga Istrinya, Laura.

Zara dan Vian juga sudah berbaikan, waktu itu Vian menyusul mami papi dan Zara langsung setelah mengetahui keberadaan mereka.

Vian benar benar diberikan pelajaran oleh kedua orang tuanya, laki laki itu disuruh mencari uang sendiri di negara orang dan tidak dibiarkan untuk tinggal bersama.

Namun karena pada dasarnya Zara sangat menyayangi abang satu satunya itu meski banyak luka yang di berikan Vian, Zara membujuk mami papinya untuk meringankan hukuman untuk Vian.

Akhirnya Vian dibiarkan tinggal bersama, namun ia tetap disuruh bekerja agar Vian juga bisa mengerti bagaimana susahnya cari uang bukan menghambur hamburkannya saja dan Zara setuju setuju saja dengan ide papinya.

"Bunda!!"teriakan kecil menggema di setiap sudut rumah.

Gadis kecil dengan kunciran kepang dua berlari dari atas tangga. Kemudian memeluk Zara dengan erat.

About HisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang