BIADAB

22 0 0
                                    

Zara mendudukkan Dani di bawah pohon sebelah lapangan sekolah.

"Lo yang sabar ya."

"Nggak zar, gue udah lega sekarang, makasih ya."

"Buat apa lo makasih ke gue, gue bahkan gak ngelakuin apapun."ucap Zara.

Meski Dani berucap kalau dia sudah lega setelah memutuskan hubungan dengan para temannya namun Zara melihat ada sorot mata yang sedih.

"Lo sedih ya?"

"Ya gue sedih, tapi bukan karena gue ngelepas mereka tapi karena gue keinget kenangan kenangan sama mereka, tapi mereka yang dulu. Setelah mereka berubah gue ngerasa mereka hidup, tapi mereka kaya udah mati zar di hidup gue."ucap Dani.

"Udah gak usah sedih lagi, kita mulai lembaran baru ya."

"Lo pokoknya sahabat ter the best gue, nih gue punya gelang persahabatan buat lo."

Dani mengeluarkan gelang hitam dengan gantungan bunga matahari dari saku celana seragamnya.

"Lo suka gak?"

"Wah suka banget, bagus dan. Lo kok bisa nyimpen gelang ginian?"

"Iya waktu itu gue beli jajan trus dapet hadiah itu, mau gue kasih ke mantan temen gue kan gak mungkin, ini gelang cuma ada satu sedangkan mereka bertiga mana cowok semua mana mau mereka gue kasih ginian."jelas Dani.

"Hahaha lucu deh lo, coba pakein biar afdhal."

Zara menyodorkan tangannya, Dani dengan senang hati memasangkan gelang ke tangan Zara.

"Ih cocok banget tangan lo pake ginian."

"Hahaha iya dong, makasih ya dan."

"Oke."

Dani tiba tiba menepuk jidatnya.
"Astaga gue lupa, kan gue mau bimbel ih gara gara lo sih."

"Lha kok gue."

"Ya tadi lo ngapain ngagetin gue di koridor jadi ngobrol kita nya, tadi tu gue udah di telfon nyokap suruh berangkat bimbel kalau nggak uang jajan gue dipotong."

"Astaga, jadi ini salah gue hm?"

"Nggak juga deng, hehe. Biarin deh telat yang penting gue dapet sahabat baru yang jauh lebih baik dari yang ono."ucap Dani.

"Hahaha udah sana berangkat lo, dimarahin mama nanti tau rasa."

"Oke deh, gue duluan zar babai."

Zara melambaikan tangannya pada Dani yang berlari menuju parkiran, gadis itu geleng geleng seraya tersenyum.

Kini ganti Zara yang menepuk jidatnya, lupa kalau dirinya ditunggu Arka dan juga Divo di ruangan basket.

Di balik tembok yang tak jauh dari lapangan terdapat Erlan yang sedang bingung dengan perasaannya.

Sesampai ruangan basket, Zara di omeli habis habisan oleh Divo dan juga Arka. Arka sudah selesai bermain daritadi, bahkan lelaki itu sudah mandi juga.

"Darimana aja sih lo oneng, capek gue."

"Hehe mau denger cerita gak?"tawar Zara.

Wajah cemberut Divo dan Arka berubah menjadi wajah yang penuh tanda tanya. Kemudian Arka dan Divo mendekat ke arah Zara dan mendengarkan gadis itu dengan seksama.

"Anjing, tapi dia gak ngapa-ngapain lo kan?"

"Enggak kok, dia cuma nangkep gue trus abis itu gue pergi karena kalau gue terus terusan disana bisa bisa dia ngeluarin kalimat yang bikin gue sakit hati."Zara sedang menceritakan kejadiannya dengan Gladys juga Erlan di depan pintu toilet wanita tadi.

About HisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang