Hari ini Zara berangkat bersama Vian naik motor Vian. Sepanjang perjalanan, Zara terus menyerocos Vian hanya menanggapi dengan deheman.
"Bang jangan ham hem ham hem mulu, kasih solusi kek gue harus gimana gue harus beli buku novel sama komik, baju, sepatu, atau tas. Kasih solusi kek."
"Hem."
Zara memukul punggung Vian karena abangnya selalu membuatnya kesal.
"Lo sekali lagi bilang hem, dapet piring cantik."
"Hem. Tuh udahkan, mana piring cantik gue? Mau gue kasih ke mami ntar pulang sekolah."
Plakk...
"Anjir kok tangan gue sih yang sakit."
Vian memutar bola matanya malas di balik helm full face nya melihat kebodohan adiknya yang sepertinya sudah overdosis.
"Gini amat punya adek satu."gumam Vian, kalau saja ia tidak menyetir sudah dipastikan Zara hanya tinggal nama sekarang.
"Yayalah oon, lo nabok helm."
"Oh iya ya, kenapa gue bego banget."ucap Zara dengan cengiran.
Ciit...
Vian mengerem secara mendadak, membuat Zara hampir saja jatuh. Helmnya merosot sampai menabrak hidungnya, rambutnya juga menjadi berantakan.
"Eh si anjir, kalo ngerem kira kira dong." protes Zara sambil membenarkan helm nya yang melorot.
Vian menunjuk lampu lalu lintas yang ada di depan mereka. "Lampu merah tuh salahin, tiba tiba berubah gitu aja. Udah kaya dia aja, tiba tiba berubah padahal gue gak tau salah gue apa."
"Idiot lo?"
Vian hanya mengedikkan bahunya acuh tak acuh dan memfokuskan pandangannya ke depan.
Berbeda dengan Zara, ia kini mengamati sekitar dan matanya terfokus pada cowok yang menaiki motor yang sama seperti Vian dan memakai helm fullface warna hitam.
"Eh bang bang."
"Apa?" tanya Vian sembari melajukan motornya karna lampu sudah berwarna hijau.
"Yah dia udah duluan, gue mau ngasih tau cowok yang gue bilang kemarin. Cowok idaman gue."
"Mana sih mana?"tanya Vian.
"Udah di depan duluan tuh. Lo sih gak cekatan amat."ucap Zara malas.
"Anak SMA kita juga kan? Pasti nanti ketemu di parkiran."ujar Vian.
"Yayayayayaya."
Tak lama motor Vian memasuki area sekolah, seperti yang Zara duga pasti semua siswa membicarakannya. Karena hari ini bel belum berbunyi sehingga para murid mengetahui adik kakak itu berangkat bersama.
"Udah gue duga, pasti mereka heboh tau lo berangkat sama gue."ujar Zara malas.
Vian mengacak rambutnya asal."Resiko orang ganteng."
"Serah lo ah, gue kekelas duluan."
"Eh ra." panggil Vian, membuat Zara mau tak mau harus menoleh dengan malas.
"Kenapa? Mau bareng? Cowok kok gak berani ke kelas sendiri."cibir Zara.
Vian memelototkan matanya tak terima dengan ucapan adiknya, namun seketika wajahnya berubah menjadi wajah paling menyebalkan.
"Idih, gue mah berani. Tapi lo yakin mau masuk ke kelas pake helm?"
Blush..
Oke bayangkan sebagaimana malunya ia saat menjadi pusat perhatian lalu lupa mencopot helmnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/220385028-288-k431502.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
About His
Teen FictionIni bukanlah kisah sahabat antara good boy dan good girl, Bukan juga kisah dua orang sahabat sesama anak jenius, ataupun kisah dua orang sahabat yang menjadi most wanted. Inilah kisah dua orang sahabat yang dipisahkan oleh takdir yang kejam, dan kis...