TRAGEDI

151 9 0
                                    

Pagi ini rintik rintik hujan membasahi bumi. Namun tak melunturkan semangat siswa siswi SMA MERAH PUTIH untuk berangkat sekolah. Mereka berpikir pasti akan banyak pelajaran yang kosong, jadi mereka bisa memanfaatkan fasilitas WiFi yang ada.

Saat ini Zara berangkat memakai sweater rajut warna peach agar tak kedinginan. Ia berjalan memasuki gerbang dengan membawa payung.

"Pagi, gimana? Suka sama paketnya?"celetuk seseorang yang berjalan di samping Zara.

"Pagi juga, bagus kok. Aku suka, makasih ya pacar."ucap Zara tulus seraya tersenyum.

Zara teringat paket yang dikirim oleh abang abang kurir kemarin. Vian tiba tiba datang ke kamarnya untuk mengantar paket berukuran sedang. Saat dibuka ternyata ada satu kotak tissue dan juga permen lollipop.

"Sama sama, mau ke rooftoop dulu?"tawar Erlan, tanpa pikir panjang, Zara mengangguk.

Zara dan Erlan berjalan menuju rooftoop, tempat dimana mereka pertama bertemu. Mereka meneduh di bawah gazebo yang ada di pojok rooftoop.

Zara menadahkan tangannya ke atas untuk menampung hujan, lagi lagi ia teringat kenangannya bersama sahabat kecilnya.

Flashback on...

Gadis kecil dan sahabatnya itu sedang bermain layangan di tengah sawah. Namun tiba tiba langit mendung, dan mulai menumpahkan rintik rintik air.

Mereka berdua meneduh di gubuk kayu, gadis kecil itu mengangkat kakinya dan memeluk lututnya. "Adis gak suka hujan!"

"Kenapa? Hujan gak jahat kok. Kenapa Adis gak suka?"

"Kata mami, hujan itu jahat! Buktinya waktu bang Ian ujan ujan besoknya langsung sakit."

"Itu mah Abang kamu aja yang lemah. Hujan itu anugrah Adis. Siniin tangan kamu."

"Mau ngapain?"tanya gadis itu seraya menyodorkan tangannya.

Sahabatnya itu menadahkan tangan gadis itu untuk menampung air yang jatuh dari gubuk.

"Gak ngeri juga ya ternyata hujan? Adis malah seneng mainan air hujan."

"Emang gak ngeri, kata siapa ngeri. Makanya aku suka hujan."

Sejak saat itu gadis kecil itu menyukai hujan.

Flashback off..

Tak sadar, air matanya menetes kembali. Namun bibirnya melengkung ke atas. Erlan yang kebetulan menoleh, langsung menyodorkan saputangan.

Zara menoleh ke arah Erlan, ia menggelengkan kepalanya seraya tersenyum.

Teloteotoeloelot...

"Halo? Oh ya? Oke oke gue turun sekarang."

Tut...

"Gue turun dulu ya, soalnya dipanggil sama pelatih. Mungkin mau ngasih sertifikat. Lo masih mau disini atau ikut turun?"

"Aku disini aja. Lagian masih pagi kok. Kalau kamu mau turun gak papa turun aja."ucap Zara.

Erlan pun mengelus puncak kepala Zara, lalu turun menuju ruang basket.

Zara tersenyum manis melihat setiap tetesan air hujan yang turun sampai akhirnya bel masuk berbunyi. Zara menghembuskan nafasnya lalu berjalan turun.

Saat perjalanan menuju kelasnya, ia bertemu dengan Divo dan juga pacar barunya. Ia menghela nafas, berusaha sabar.

Namun rupanya Divo benar benar memancing emosinya.

"Eh yang ada anak gak tau diri, murah kok teriak murah."

About HisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang