Seorang wanita berjalan santai menuju kelas dengan headset yang menempel di telinganya. Sepanjang koridor ia bernyanyi dan berteriak namun tak ada yang berani memarahinya, siapa juga yang tidak takut pada wanita seperti Ersha?
Wajahnya sangar, badannya kekar untuk ukuran seorang wanita, kulit berwarna sawo hitam dengan kesan eksotis membuat siapa saja takut dan tunduk.
"Brisik lo."
Ersha menoleh ke sampingnya kemudian melepas headset, Ersha menyunggingkan senyum lalu menonjok lengan orang yang mengatainya.
"Cari masalah lo sama gue?"
"Eh gak gak, gue cuma mau tanya adek gue nginep di rumah lo kan?"
Ersha menaikkan satu alisnya, setaunya Zara kemarin mengatakan padanya kalau dia akan menonton bersama Erlan.
Melihat wajah bingung Ersha, Vian sedikit khawatir. "Zara nginep di rumah lo kan? Soalnya kemarin kata dia nonton sama temen temennya sekelas, trus gue suruh dia nginep di rumah temennya kalo kemalaman."
"Oh iya, dia ada di rumah gue bang kemarin. Dia disuruh nginep sama mama."
"Trus kenapa wajah lo tadi bingung?"
"Em tta-tadi gue lupa gitu siapa adek lo, trus baru inget kalo adek lo itu si Zara."Ersha terpaksa berbohong agar Vian tak khawatir, ia akan mencari tau dimana keberadaan Zara saat gadis itu sudah bertemu nanti.
"Oh gue kira tu anak bohong sama gue, yaudah gue duluan ya. Bilangin adek gue, kagak usah pulang sekalian juga gak papa hahaha."
"Hahaha iya bang."Ersha memaksakan tawanya meski hatinya ketar ketir.
Raut wajah Ersha berubah drastis setelah Vian tak terlihat.
"Waduh tu anak kemana lagi?!"
Ersha melangkahkan kaki ke kelas, saat masuk kelas ia langsung mencari teman sebangkunya.
"Zara belum dateng?"
"Belum, palingan juga habis ini."
Sampai bel masuk berbunyi pun gadis kecil itu tak juga menunjukkan batang hidungnya. Tambah khawatir lah Ersha, akhirnya gadis itu memilih untuk mengunjungi kelas Erlan.
"Eh lan, Zara dimana?"Ersha masuk dengan nafas ngos ngos an.
"Ya mana gue tau, lo kira gue emak nya."
"Bukannya kemarin lo nonton sama dia ya?"
"Iya, tapi itu kan kemarin bukan pagi ini."
Bruak...
Ersha benar benar menggebrak meja Erlan karena kesal, mereka menjadi perhatian seisi kelas.
"Heh tolol, lo taruh mana anak orang?"
Erlan menutupi wajah terkejutnya dengan wajah datarnya."Gak gue taruh mana mana."
"Trus gimana dia bisa gak balik?!"
Erlan mengernyitkan dahi, sebenarnya sepupunya ini sedang membahas siapa.
"Tadi abangnya tanya ke gue lan."Ersha berkata dengan frustasi.
"Siapa sih? Gak usah bertele tele sha."
Ersha mengacak rambutnya frustasi.
"Zara lan yaampun."Erlan mengerti sekarang, tapi kenapa Ersha malah bertanya padanya.
"Masa dia masih disana?"
Ersha terkejut mendengar gumaman Erlan.
"Lah? Kalian gak barengan?""Gak, sebenernya dia kemarin maksa gue buat gue anter tapi gue gak mau, kemarin abis kita makan gue bilang kalau gue bakal barengin dia gue suruh dia nunggu disana. Tapi gue bohong biar dia gak bacod mulu, budek lama lama telinga gue."

KAMU SEDANG MEMBACA
About His
Roman pour AdolescentsIni bukanlah kisah sahabat antara good boy dan good girl, Bukan juga kisah dua orang sahabat sesama anak jenius, ataupun kisah dua orang sahabat yang menjadi most wanted. Inilah kisah dua orang sahabat yang dipisahkan oleh takdir yang kejam, dan kis...