Zara sudah siap dengan seragamnya, ia bercermin untuk merapikan tampilannya. Ia merapatkan cardigan batwingnya lalu memakai bando berwarna putih yang senada dengan seragamnya.
"Kayanya hari ini dan kedepannya bakal sulit banget deh dilaluin, karena gak ada acara gangguin cogan cogan lagi huh, apalagi Erlan."
"Tapi gak papa, lo punya Aldi! Kehadiran Aldi aja udah lebih dari cukup buat lo gak ngerasa sendirian."
"Yuk kita turun dan sarapan masakan mami tercinta."
Zara memakai tasnya lalu turun ke bawah.
"Ar, kamu lama banget dandannya abang kamu udah nungguin di depan."
"Iya maaf mi, Ara bawa aja ya bekal nya."
"Iya nih udah mami siapin."
Zara berlari kecil ke halaman karena rupanya Vian sudah tidak sabar buktinya ia terus mengklakson.
"Iya sabar cuy."
Zara dan Vian pun melaju menuju sekolah mereka.
Sesampai sekolah Vian langsung berlari ke ruang basket dan meninggalkan Zara berjalan sendiri ke kelasnya.
Di koridor tak sedikit siswa siswi yang menyapanya, dan Zara membalas dengan senyuman.
Lap...
Tiba tiba matanya ditutup dari belakang oleh tangan seseorang.
"Heh lo siapa?"
"Tebak dulu dong."jawab orang di belakang Zara.
Mendengar suara itu, Zara tersenyum lebar lalu melepaskan tangan itu dari matanya.
"Aldi!"pekik Zara lalu memeluk Divo di tengah koridor. Untung saja koridor sepi hanya ada beberapa murid.
"Hai cantik, selamat pagi."
"Pagi juga, kamu kok udah disini aja sih? Gak takut telat apa? Kan sekolah kamu jauh."
Divo tersenyum jahil seraya mencubit hidung Zara."Tebak aku ngapain disini?"
"Gak tau, langsung kasih tau aja napa sih."
"Aku mulai sekarang pindah disini, kita satu sekolah."jelas Divo.
Mata Zara berbinar menatap Divo dengan riamg. "Serius?"
"Iya serius, liat nih aku udah pake seragam sama kayak kamu."ucap Divo seraya menunjukan seragamnya.
"Wah iya bener kamu pindah beneran?! Aa seneng banget."
"Karena aku anak baru, boleh minta tolong buat anter keliling keliling sekolah?"
"Boleh banget dong, eh tapi btw aku juga anak baru kali."ucap Zara.
"Yaudah kita keliling bareng aja, gimana?"
Zara menggandeng tangan Divo erat sebagai jawaban, dua remaja itu mulai berjalan jalan memutari sekolah.
"Lo beneran pindah?"tanya seseorang yang berpapasan dengan mereka.
"Iya dong, demi anak cantik yang ada di sebelah gue ini."Divo melirik Zara disampingnya.
Zara hanya tersenyum kecil, ia merasakan ke akward an saat ini, orang yang berpapasan dengannya dan Divo adalah Erlan.
Erlan memandang Zara dengan tatapan yang tak bisa diartikan, lelaki itu mengamati Zara dari bawah ke atas juga bawah ke atas lalu pergi berlalu begitu saja.
"Emang freak tu bocah."
Dua remaja itu pun melanjutkan perjalanan mereka memutari sekolah yang cukup luas itu. Bahkan sampai menyusuri gudang juga taman belakang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
About His
Novela JuvenilIni bukanlah kisah sahabat antara good boy dan good girl, Bukan juga kisah dua orang sahabat sesama anak jenius, ataupun kisah dua orang sahabat yang menjadi most wanted. Inilah kisah dua orang sahabat yang dipisahkan oleh takdir yang kejam, dan kis...