3. »Si misterius

75.1K 6.6K 152
                                    

»»Nggak semua hal itu bisa diceritakan kepada sahabat. Contohnya soal asmara««

-Agraven

3. Si misterius


Azalea atau kerap disapa Aza, gadis itu sedang berjalan sendirian menuju perpustakaan kampus. Sahabatnya Vanna sedang menjalankan hukuman dari dosen, karena gadis itu tidak mengumpulkan tugasnya yang minggu lalu.

Sebelum ia sampai pada tujuannya, dua orang gadis yang sudah biasa mengusiknya, tiba-tiba menghadang jalannya. Aza menggerutu di dalam hati.Dua gadis itu adalah Ariana dan Naja sahabatnya.

"Ada apa, Kak? Kakak mau minta nomor WhatsApp Afka lagi?" tanya Aza sopan. Walau bagaimanapun, mereka tetap kakak tingkatnya.

"Cih, jijik banget. Dia itu Rafka! bukan Afka!" hina Ariana sambil berdecih.

Aza lantas mendongak untuk melihat wajah Ariana. "Emang kenapa kalau Aza panggil pacar Aza sendiri dengan panggilan khusus?" tanya Aza dengan berani. "Kata Afka, itu panggilan kesayangan," lanjut Aza lagi. Dalam hati ia ingin sekali tertawa melihat raut wajah Ariana yang terlihat kesal.

"Berani lo jawab omongan gue?"

Aza tersenyum, lantas menjawab,"Aza udah dikasih mulut untuk ngomong, jadi ngapain diam saat lawan bicara sedang bertanya. Nggak sopan tau, Kak, kalau Aza cuma diam kalau Kakak nanya," balas Aza lagi.

"Bacot, lo!" ketus Naja ikut kesal karena Aza selalu menjawab ucapan Ariana.

"Pokoknya gue nggak mau tau, lo harus jauhin Rafka! Dasar cewek nggak punya harga diri!" caci Ariana. Tangannya sudah terangkat ingin menampar pipi Aza. Namun, tangan seseorang lebih dulu menahannya, sehingga tangan Ariana terbebas di udara.

"Wow! Kating kurus kering! Mau main tangan sama sahabat gue, huh?" sembur Vanna yang baru datang. Tangannya mengehempas kasar tangan Ariana yang tadi ingin menampar Aza.

"Jaga omongan lo! Gue nggak ada urusan sama lo!"

"Kalau lo berurusan dengan Aza, maka itu akan menjadi urusan gue," balas Vanna tersenyum miring.

"Kalau dia juga urusan lo, kasih tau ke dia yang nggak punya harga diri—"

"Aza emang nggak punya harga diri, Kak. Karena diri Aza memang nggak dijual, jadi diri Aza nggak ada harganya. Emangnya harga diri kakak berapa?" Aza memotong ucapan Ariana dengan polos.

Vanna menahan tawanya. Terkadang mulut si polos Aza bisa juga membuat orang terjungkal kerena kata-katanya.

"Harga diri dia murah, Za! Makanya si Ariana grandong ini ngejar-ngejar Rafka kayak Melon Teh!" sindir Vanna.

"Melon teh?" tanya Aza bingung.

"Hooh, Melon Teh yang sering mejeng di dekat lampu merah," jawab Vanna tertawa.

"Emang melon teh ada dijual dekat lampu merah, Na?" Vanna spontan menepuk jidatnya kesal.

"Ralat, Za. Maksudnya melon teh itu ada juga dijual di club, di sana ada banyak jenis melon teh," jelas Vanna. Ia hampir lupa dengan kapasitas otak Aza yang minim dengan kata-kata merusak.

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang