37.»Aneh

37.7K 3.9K 203
                                    

No vote! No coment! No lanjut!

Ceritanya untuk kalian,
vote+komen untuk saya

"Maaf ...." cicit Aza.

"Ich liebe dich"

Deg

"Kakak ngomong apa?" tanya Aza cengo.

"Kamu nggak tau?" tanya Agraven.

Dengan polos Aza menggeleng. Mendengar kalimat itu saja ia baru sekali. Bagaimana mau tahu artinya, pikir Aza.

"Aku cinta kamu." Setelah mengatakan itu, Agraven berbalik memunggungi Aza.

Melihat itu Aza terbengong. Suaminya kenapa lagi?

***

Sudah sebulan lebih hubungan Aza dan Agraven setelah menikah. Sejauh ini baik-baik saja, bahkan Agraven sudah tidak lagi menunjukkan sisi gengsi dirinya.

Sifat posesifnya semakin terlihat. Aza hanya pasrah mengikuti peraturan Agraven yang menurutnya sangat berlebihan. Mencuci pakaian contohnya. Ia sama sekali tidak diizinkan oleh Agraven untuk sekedar mencuci satu helai baju pun.

"Aza, dua hari ke depan saya ada kerjaan di luar," celetuk Agraven. Pagi ini ia sedang tiduran di sofa dengan paha Aza sebagai bantalan. Setelah bangun tidur, mereka langsung duduk di sofa ruang keluarga.

"Terus?"

"Dua hari kita nggak ketemu," jawabnya.

"Urusan apa, Kak? Aza boleh ikut?"

"No, kamu di rumah aja. Jangan ke mana-mana."

"Yaaaah," balas Aza kecewa.

"Kenapa, hm? Takut kangen? Cuma dua hari," ucap Agraven. Ia memeluk perut Aza yang tepat di depan wajahnya.

"Anak gue kapan ada di sini?" gumamnya sambil mengecup perut rata Aza yang dilapisi baju.

"Apa, Kak?" tanya Aza. Ia kurang mendengar gumaman Agraven.

"Anak kita kapan hadir di sini? Saya sudah pingin punya baby," jawabnya.

Aza meringis. Ia mengusap tengkuknya karena bingung.

"Mana Aza tau. Bibit kakak katanya bibit unggul, tapi nggak tumbuh-tumbuh. Pasti—awwwhh kok digigit?" Ucapan Aza terpotong karena Agraven menggigit perutnya.

"Gemes," balasnya santai.

"Kak Agra aneh banget, ya, sekarang? Dulu kasar banget, nyeremin banget, tapi sekarang--"

"Sekarang apa?"

"Dibalik sifat keras kakak ternyata, hatinya kek Hello Kitty kalo saat sama istri, di depan musuh bringas, di depan Aza pemalas. Sama Aza manis, tapi sama Banggal sinis. Sama target seram, sama Aza sayang."

"Udah?"

"Iya," jawab Aza menunduk untuk melihat wajah Agraven.

"Udah itu aja?"

"Terus apalagi?" heran Aza.

Agraven mengangkat bahunya.

"Apasih, kak? Nggak jelas banget," gerutu Aza.

Aza ingin berdiri, tapi Agraven semakin erat memeluk pinggangnya.

"Kak, Aza mau cuci muka. Mau bikin sarapan juga."

"Nantiiiiii ...."

"Kak Agraaaa!"

"Azanantaaaa!"

"Ck kok kamu manja banget, sih? Kasih tau Banggal pasti diketawain," cibir Aza. Namun, tangannya mengelus rambut Agraven.

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang