39.»Mimpi buruk

39.3K 4.1K 143
                                    

Vote jangan lupa.
Yang nggak komen gw sumpahin didiamin ayangnya😡

»Sekalinya berbohong, maka selanjutnya akan terus berbohong demi menutupi kebohongannya«
~Agraven~


"Azananta!"

"AZAAAA!!"

"AZANANTA!"

Terdengar suara Agraven yang begitu nyaring dari arah dapur. Aza yang notabenenya baru selesai mandi, segera turun untuk melihat apa yang terjadi kepada suaminya.

"Kak Agra kenapa, sih, teriak-teriak kayak tarzan," gumam Aza sambil terus berlari menuruni tangga.

"AZA!"

"Iya bentar!" balas Aza berteriak. Dengan berlari Aza segera menyusul Agraven di dapur.

"CEPETAN!"

"SABAR ATUH KAK! KAKI AZA CUMA DUA, KALO BISA, MAH, TAMBAHIN LAGI DUA KAKI! BARU BISA LARI KAYAK ELDER!" balas Aza berteriak.

Akhirnya Agraven tidak berteriak lagi. Bertepatan dengan Aza yang sudah sampai di dapur. Tetapi, tidak ada wujud Agraven.

Aza celingak-celinguk mencari sosok suaminya yang beberapa menit lalu meneriaki dirinya.

"Kak Agra mana? Perasaan tadi teriak-teriak dari arah dapur." Aza terus mencari sosok Agraven. Sesekali ia memeriksa di bawah kolong meja. Sudah pasti hasilnya nihil.

Aza membuka kulkas, setelah menyadari kelakuannya, Aza langsung menepuk jidatnya sendiri. "Aza ngapain nyari kak Agra di dalam kulkas?" monolognya.

"Kak Agra di mana?!"

"Ekhem!" Spontan tubuh Aza berbalik.

Dari arah pintu menuju kandang Elder, Agraven berdiri dengan tangan melipat di depan dada. Pria itu menatap Aza dengan datar.

"K-kak Gagak ganteng ngapain di situ?" tanya Aza gugup. Langkahnya begitu lambat untuk mendekati Agraven.

"Cepat ke sini!" perintah Agraven dengan ketus.

Aza meringis. Ia tau apa maksud Agraven memanggilnya. Lagi-lagi Aza merutuki kecerobohannya. "Kenapa bisa lupa kubur kucingnya," gumamnya begitu lirih.

"Ini apa?" tanya Agraven dengan dingin.

"Kucing itu miaw, Kak, meong-meong—"

"Saya tau ini kucing. Jelasin!"

Aza gelagapan sendiri. "Emm, Aza nggak. Aza bukan pembunuh kucing itu, Aza nggak mungkin tega bunuh--"

"Iya, Azananta! Saya tau bukan kamu yang bunuh, tapi ini kucing kenapa bisa ada di sini?" potong Agraven. Tangannya memegang pundak Aza dan menatap lekat manik mata istrinya itu.

"Jelasin!"

"Tadi Aza nggak sengaja lihat gunting di sini," jawab Aza mulai menjelaskan sambil menunjuk lantai, tempat ia melihat gunting.

"Waktu Aza mau simpan guntingnya di atas lemari itu, Aza kaget di situ udah ada kucing malangnya. Tadi kucingnya masih hidup, pas Aza angkat ternyata diperutnya ada luka tusuk. Aza mau obatin, tapi kucingnya keburu mati," jelas Aza dengan raut sedih melihat kucing yang sudah mati tersebut.

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang