21. »Annehmen

45.8K 4.6K 262
                                    

»»Rahasia untuk maju, ya, memulai««

Pyaarr

"Omo!!!"

"Handphone gue pecah!!" teriak seorang laki-laki menggelegar memenuhi isi kamarnya.

Ia menatap nanar ke arah ponsel yang sudah retak parah layarnya.

"Sungguh malang nasibmu, Nak!" ujarnya mendramatisir. Laki-laki tersebut langsung berjongkok dengan tangan melipat di atas kedua lututnya.

Beberapa detik kemudian ia meraih ponsel tersebut dengan pandangan iba.

Tak lama layar ponsel itu kembali menyala dengan menampilkan sebuah nama seseorang yang meneleponnya.

"Anjir! Serem banget kalo nama dia yang langsung muncul," monolognya sambil bergidik.

Laki-laki tersebut belum juga menjawab panggilan dari orang itu. Ia hanya melihat tanpa berniat mengangkat teleponnya.

Hal beberapa detik yang lalu terulang kembali. Si penelepon yang dinamainya dengan Ravenanjing kembali terlihat di layar ponselnya yang pecah.

"Mampus gue. Jangan-jangan Degem udah kasih tau ke Raven soal yang gue ceritain tadi," gumamnya dengan panik.

Nama Ravenanjing di ponselnya kembali muncul. Mau tidak mau ia mengangkatnya.

"Selamat sore tuan Ag--"

"Aza udah lo antar pulang?" Suara seseorang di seberang sana langsung memotong ucapannya.

Laki-laki yang diketahui bernama lengkap Galva Alfane itu langsung menghela napas lega, itu tandanya Agraven belum pulang dan berarti Aza belum mengatakan sesuatu kepada Agraven.

"Tentu saja sudah, Tuan," jawab Galva tersenyum paksa. Namun, tangannya seakan-akan ingin meninju ke arah ponselnya yang menampilkan nama Ravenanjing.

"Lecet nggak?"

"Nggak ada yang lecet! Degem pulang dengan selamat sentosa, masih mulus nggak ada yang lecet!" jawab Galva sedikit sewot.

"Cuma kegores dikit--"

"Fuck!"

"Elah, becanda doang, Rav, panik amat," balas Galva cepat.

"Awas jika kalau sampai ada yang lecet di tubuh Aza. Sampai itu terjadi ... wajah lo gue bikin becek pakai darah!" ancam Agraven tajam.

"Nggak tau terimakasih makhluk satu ini." Galva hanya bisa membatin.

"Buset! Posesif amat lo sama pacar orang," cibir Galva. Nyatanya hanya itu yang berani ia lontarkan.

Tuut

Sambungan terputus. Si penelepon langsung mematikan sepihak sambungan telepon.

"Bringsik si Raven! harusnya gue yang matiin secara sepihak! biar keren gitu," umpat Galva sambil misuh-misuh.

•••

"Za!!"

"Azananta!"

Jika seseorang memanggil nama Azalea dengan panggilan Azananta sudah jelas siapa orangnya. Siapa lagi kalau bukan Agraven Kasalvori.

Seorang wanita paruh baya berlari tergopoh-gopoh untuk menyambut majikan rumah yang baru datang.

"Non Aza ada di dapur, Tuan, tadi saya sudah berusaha mencegahnya, tapi Non Aza nggak mau nurut, Tuan," adu wanita itu.

"Ngapain?"

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang