47.»Alegori bunga layu

32.6K 3.9K 234
                                    

Vote vote

.
.

Agraven menarik kerah baju Rio, lalu menatap laki-laki yang lebih tua darinya itu dengan tajam. "Katakan saja kalau istri saya ada di dalam atau anda akan mati di tangan saya!"

"K-kak?" Suara itu mengalihkan atensi Agraven dan Rio.

Agraven langsung melepas cengkeraman tangannya di kerah baju Rio. Kakinya langsung melangkah untuk mendekati orang yang berdiri di belakang Rio.

"Mana Aza?" seru Agraven langsung.

"Aza? Maksud lo gimana, Kak?" bingung orang itu.

"Gue tau Aza di sini, cepat panggil dia dan suruh keluar!" ujar Agraven tidak sabaran.

"Lah! Yupi nggak ada di sini. Gimana ceritanya? Maksud lo Yupi ...."

"YUPI HILANG?" lanjut Vanna dengan mata melotot.

"Enggak usah berpura-pura, gue tau Aza ada di sini," desis Agraven tajam.

"Gimana, sih! Lo, kan, suaminya! Harusnya tau dia di mana!" marah Vanna.

"Dia nggak ada di sini, lalu Yupi ada di mana Pa?" tanya Vanna kepada Rio dengan cemas.

"Papa juga nggak tau, Na. Mungkin Aza pergi ke kontrakan," jawab Rio berpendapat.

"Aza nggak ada di sana," sahut Agraven.

Vanna melotot tajam ke arah Agraven. "Kalau nggak ke kontrakan, terus Yupi di mana?! Sebenarnya ada apa masalah apa kalian, kenapa Aza bisa hilang?!"

"Aza hilang atau kabur atau diculik??" lanjut Vanna bertanya dengan tatapan nyalang ke Agraven.

"Apa Aza di panti?" tutur Rio menyela.

Vanna juga berpikir begitu. Ia akan pergi ke sana. Sebelum itu, ia menoleh ke arah Agraven dengan tatapan permusuhan.

"Pokoknya kalau sampai terjadi sesuatu sama Aza, gue nggak akan segan-segan buat misahin kalian. Gue nggak peduli dia bakal sedih, yang penting Aza nggak terus hidup sama orang yang nggak bertanggung jawab kayak, lo!" tekan Vanna tidak main-main.

Agraven mengabaikan ucapan Vanna. Ia menjambak rambutnya sendiri karena merasa begitu kacau dan frustasi.

Melihat Vanna yang langsung pergi, membuat Agraven percaya bahwa Aza tidak ada di rumah Vanna.

Tanpa berkata apa-apa lagi kepada Rio, Agraven langsung pergi. Ia berniat menyusul Vanna yang menuju panti tempat Aza dibesarkan dulu.

Sampainya di panti, Vanna sudah keluar dengan wajah murung. Melihat hal itu sudah membuat Agraven tau jawabannya.

"Ngapain lo ke sini?" ketus Vanna melupakan sopan santun dan tidak lagi mengingat Agraven adalah seniornya di kampus.

Agraven hanya diam tanpa menjawab. Wajahnya bisa saja terlihat datar seolah-olah sedang tenang, tapi matanya tidak bisa menyembunyikan tatapan cemas dan khawatir di sana.

"Aza enggak ada di sini." Setelah mengatakan itu, Vanna langsung pergi.

Agraven mengepalkan kedua tangannya untuk menahan semua gejolak di dalam hatinya.

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang