44.»Siapa lagi?

37.6K 4.7K 243
                                    

Vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote vote
Siapa yang punya niat milikin AGRAVEN?

Niat aja dulu, duit kemudian. Bisalah nanti ngemis sama-sama dipinggir jalan😂

Sekian terima transferan 😎

Selamat membaca.. ...

.
.

Brak

Agraven tidak sengaja menabrak dinding garasi saat memarkirkan mobilnya. Dengan cepat ia mengelus pipi Aza agar tidak terbangun.

Wanita itu terlihat mencari posisi nyamannya. Hal itu membuat Agraven tersenyum. Dengan gerakan lambat ia keluar dengan Aza di gendongannya.

Agraven segera membawa Aza ke kamar dan membaringkannya wanitanya itu di kasur. Posisi Aza ia benarkan senyaman mungkin. Setelah menutupi tubuh istrinya dengan selimut sebatas dada, Agraven langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

***

"Gimana Ludira, Dok?" tanya Galva saat seorang dokter keluar dari ruangan Ludira ditangani.

"Dia baik-baik saja. Luka di keningnya juga sudah dijahit," jawab sang dokter.

"Kalau gitu gue boleh masuk?"

"Silahkan, tolong tanyakan apa yang dia butuhkan. Dari tadi kami bertanya, tapi dia tidak menjawab satupun pertanyaan kami."

"Baik, Dok. Terimakasih," ungkap Galva tersenyum.

Setelah dokter itu pergi, Galva langsung masuk ke dalam ruangan Ludira. Dapat ia lihat, gadis itu sedang duduk dengan santai sambil memainkan handphone-nya.

"Dir, lo nggak papa? Kok, nggak pingsan?" seru Galva bertanya.

"Ngapain pingsan? Kurang kerjaan."

"Lo, kan, cewe--"

"Anterin gue pulang. Raven udah nggak peduli lagi sama kakaknya," ujar Ludira bangkit.

"Dia bukannya udah nggak peduli sama, lo. Raven hanya khawatir sama Aza tadi. Tau sendiri kalau Aza sekarang lagi hamil, apalagi Raven sekarang posesif banget sama istrinya," jelas Galva memberi paham.

"Karena Aza, 'kan?"

"Bu-bukan karena Aza, Diraaa, tapi keadaan yang membuat dia gitu."

"Gue nggak peduli. Lagi pula, gue udah punya rencana terbaik untuk Aza," tekan Ludira tersenyum smirk.

"Rencana apa?" tanya Galva menyelidik. Firasatnya berkata, Ludira mempunyai rencana yang buruk untuk Aza.

"Dir, lo pasti tau akibatnya kalau berani sentuh Aza sedikitpun. Agraven nggak lihat siapa orang yang udah membangkitkan amarahnya, Dir. Sekalipun orang itu kakaknya. Bahkan kalau Aza sendiri yang buat dia marah, Raven nggak segan-segan berbuat kasar sama Aza. Apalagi lo ...."

"Menurut lo Aza lebih berharga daripada gue di hidup Raven?!" sentak Ludira tidak percaya dengan apa yang Galva katakan.

"Bukan gitu, Ludira. Kalian punya posisi masing-masing di hati Raven." Galva mencoba memberi penjelasan.

"Dan lo tau gue gimana orangnya, Gal."

"Tapi Raven itu adek lo Ludira!"

"Justru itu, Galva. Dia dan gue udah sama-sama menderita dari kecil! Kita sama-sama merasakan perlakuan tidak adil! Bullying makanan sehari-hari kami! Tapi kenapa dia harus bahagia! Ini nggak adil buat gue!" murka Ludira.

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang