42.»

42.7K 4.1K 294
                                    

Hai kalian apa kabar?

Jangan pura-pura lupa pencet vote

Typo tolong tandain, ya.
.
.
.

Hallo calon Mama!" sapa Agraven.

"H-hah? Mama?"

"Kecambah aku udah tumbuh, sayang," jawab Agraven terkekeh.

"Kecambah apa, kak?" tanya Aza bingung.

"Di sini," jawab Agraven mengusap perut rata Azalea.

"Kok k-kecambah?"

"Kenapa?" tanya Agraven santai.

"Maksudnya gimana? Kak Agra nanam kacang ijo di perut Aza? Terus tumbuh?" seru Aza melotot.

"Maksud saya ...." Ucapan Agraven sengaja menggantung. Hal itu semakin membuat Aza penasaran. Ditambah lagi saat melihat binar wajah Agraven yang tidak biasa.

"Jangan bikin takut. Aza nggak ngidap penyakit aneh-aneh, 'kan? Aza belum mau mati! Di perut Aza ada apa kak? Nggak ada tumor, 'kan? Atau kangk--"

"Heh, jangan asal ngomong!" potong Agraven menepuk pelan mulut Aza hingga terdiam.

"Terus apa? Makanya jangan suka gantung kalo ngomong," balas Aza mencibir dengan bibir mengerucut.

"Udah mau jadi Mama masih aja kayak anak kecil cemberut gitu, tapi tetap gemesin," ujar Agraven seraya mencubit pipi Aza.

"Ih, apasih!"

"Kamu hamil, sayang."

Aza langsung menoleh mendengar bisikan Agraven. Matanya terbuka sempurna. Baru saja ia hendak duduk, tapi langsung ditahan oleh tangan Agraven pada kedua sisi lengannya.

"Aza nggak salah dengar, 'kan? Nggak bohong, kan, kak?" tanya Aza kurang yakin. Bisa saja, kan, Agraven hanya mengerjainya.

"Nggak ada gunanya saya mengarang cerita, Azananta." Agraven memperjelas.

"Ja-jadi benar?" serunya tersenyum sumringah.

"Hm," jawab Agraven mengangguk. Dengan cepat Aza duduk dan memeluk Agraven. Ia tidak peduli dengan tangannya yang masih diinfus tersenggol dan mengeluarkan darah. Aza memeluk Agraven begitu erat. Sampai-sampai Agraven tertegun beberapa saat.

"Aza senang banget, kak Agra senang, 'kan?" gumam Aza di depan dada Agraven.

"Menurut kamu, hm?"

Aza mendongak untuk melihat wajah Agraven yang tidak henti-hentinya memamerkan senyuman.

Aza sampai bergidik ngeri. Takutnya Agraven kerasukan. "Kak Agra kok tambah serem kalo senyum terus," cicit Aza. Seketika bibir Agraven yang sebelumnya melengkung manis berubah menjadi lurus tak berekspresi.

"Canda kak, mau jadi Papa kok masih baperan," sindir Aza terkekeh.

"Shitt!" umpat Agraven setelah menyadari sesuatu.

"Kenapa?" Bingung Aza karena tiba-tiba Agraven mengumpat.

"Jangan nakal, sayang." Agraven berbisik, lalu membaringkan tubuh Aza kembali.

Aza hanya bisa diam karena bingung dengan tingkah Agraven. Dan barusan ia dikatai nakal. Why?

"Tunggu di sini, jangan banyak gerak. Kalau pun bergerak, itu hanya menarik nafas," pesan Agraven. Pesan gila maksudnya.

Mata Aza terbelalak. Heh, dikira ia patung?

"Mana bi--"

Cup

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang