40.»Galva yang malang

38.5K 4K 309
                                    

Vote komen jangan pura-pura lupa
.
.
.

Seperti biasa, Aza mengantarkan Agraven sampai ke depan rumah. Hari ini Agraven kembali ke kampus setelah beberapa hari menyelesaikan pekerjaannya.

"Kalo ada apa-apa langsung telepon," pesannya kepada Aza.

"Heeum, Kak."

"Sana masuk," suruh Agraven sedikit mendorong bahu Aza.

"Kak Agra berangkat dulu, baru Aza masuk," jawabnya tersenyum.

"Enggak, Aza. Saya bakal tetap di sini sebelum kamu masuk." Oke, Aza tidak bisa membantah lagi. Perintah mutlak itu tidak mampu ia bantah dengan alibi apapun.

"Baik, Pak suami," pasrah Aza tersenyum paksa. Ia langsung berbalik dan masuk ke dalam rumah. Agraven hanya terkekeh melihat itu.

Sebelum Agraven melajukan mobil, Agraven sempat mengirimkan pesan kepada seseorang.

Anda
Kerja bagus, Aza nggak curiga
Gue traktir lo nanti malam di tempat biasa.

Setelah mengirimkan itu, Agraven langsung menancapkan gas untuk segera ke kampus.

Di lain tempat, seseorang yang Agraven kirim pesan langsung meloncat kegirangan.

"Siapa dulu gitu loooh, Galva ganteng! Rencana apapun pasti rebes!" serunya. Ia berjalan sesekali bersiul di keridor menuju taman belakang.

Saat sampai ke tempat yang dituju, mata Galva memicing saat melihat dua sosok yang tidak asing menurutnya.

"Kayak sahabatnya Degem sama mantannya Degem," gumamnya.

Galva berjalan mendekat dengan berhati-hati agar tidak ketahuan.

Galva bersembunyi dibalik tanaman pagar tepat di belakang dua orang yang Galva lihat. Cowok itu mengintip di sela-sela dedaunan.

Matanya melotot kaget saat tau apa yang dilakukan dua orang itu.

"Aaaaaaaaaaa! Bangsat mata gue ternodai!" teriaknya spontan.

Dua orang sejoli itu langsung menjauhi wajahnya satu sama lain. Mereka refleks menoleh ke arah Galva berada.

Galva yang sadar sudah ketahuan pun menepuk mulutnya berkali-kali. Salahkan mulutnya tidak bisa dikontrol saat melihat pasangan yang sedang ehem.

"Lo! Ngintip lo, ya?" tuduh sang gadis dengan sengit.

Galva menggeleng-geleng tidak percaya. Seolah-olah ia belum mempercayai apa yang baru ia lihat.

"Ck ck ck! Nggak nyangka gue sama lo," ujar Galva masih menggeleng-geleng kepala.

"Kenapa nggak nyangka?"

"Lo itu sahabatnya Degem, Vanna! Dan Rafka adalah mantannya Degem, masa kalian berciuman?"

"Aza udah mantan. Dia juga udah bahagia sama suaminya, lalu masalahnya apa?" tanya Rafka santai. Tangannya melipat di depan dada.

"Y-ya enggak masalah, sih," jawab Galva mengusap tengkuknya. Jadi malu, 'kan?

"Iri ya lo, kak?" tebak Vanna pura-pura kaget. "Atau cemburu?"

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang