58.»Freida+lykke

35.1K 3.6K 135
                                    

Agraven kembali hadir.......

Malah bingung ngetik kalau nggak ada konflik 😕

.
.
.

"Tuan, makan malamnya sudah siap." ujar  wanita paruh baya dengan menunduk sopan.

Majikannya yang tadinya fokus pada layar laptop di hadapannya sekarang menoleh kepada wanita itu.

"Iya terimakasih," ucapnya. Perhatiannya kembali fokus pada pekerjaannya.

Baru saja wanita paruh baya itu ingin kembali menyelesaikan tugasnya di dapur, tapi majikannya kembali memanggil.

"Bi Nina!"

"Iya Tuan? Apa yang perlu saya kerjakan?" jawabnya kembali berbalik.

"Makanan istri saya seperti biasa, ya. Tolong antarkan ke kamar," perintahnya.

"Baik--"

"Enggak perlu Bi Nina, Aza mau makan malam di meja makan aja," potong Aza menuruni tangga dengan pelan-pelan.

"No!" Pria yang tadinya fokus ke laptop langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri sang istri dengan cepat.

"Kamu ngapain turun, hm?"  tanyanya, lalu membantu sang istri untuk ikut duduk di sofa yang ia duduki tadi.

"Aku pingin makan malam bareng kak Agra, Aza kangen," jawabnya memelas. "Masa makan dikamar mulu tiga hari ini, bosan tau," lanjut Aza mencibir.

Iya, Aza selama tiga hari ini hanya berdiam diri di kamar. Agraven suaminya tidak mengizinkan ia banyak beraktivitas.

"Kenapa nggak panggil aku, biar aku gendong turunnya," bantah Agraven.

"Aza udah sehat, kak Agra. Aza bisa jalan sendiri," balas Aza.

"Ck, ya udah. Bi, siapkan makan malamnya," ujar Agraven kepada Bi Nina selaku asisten rumah tangga barunya.

"Baik tuan," jawab wanita itu.

Setelah Bi Nina pergi, Agraven langsung merangkul pundak Aza dengan posesif.
"Alzhei tidur?"

Aza mengangguk lalu tersenyum. "Makin hari dia makin tampan. Aku yakin kamu bakal dikalahin," ucap Aza.

Agraven mendengus, lalu mengedikkan bahunya. "Aku udah nggak masalahin lagi. Emang udah hukum alam kalau dia tampan. Secara Papanya aja tampan dan Mamanya cantik, jadi mau bagaimana pun dia tetap bakal jadi bibit unggul," jawabnya terkekeh.

Sekarang giliran Aza yang mendengus.

Setelah beberapa menit terdiam, Aza mulai memberanikan diri untuk bertanya hal yang mengganggu pikirannya.

"Kak Agra udah nggak suka buang sampah lagi, 'kan?" tanyanya pelan.

Alis Agraven menukik. "Enggak sayang, udah pensiun."

"Tapi ...."

"Kalau psikopat mana bisa--"

"Ck, udah aku bilang berkali-kali. Aku bukan psikopat!" potong Agraven.

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang