46.»Menghilang

33.2K 3.9K 405
                                    

Vote dulu pokoknyaa!!!!

Nabung kalian dari sekarang untuk peluk AGRAVEN!😅

.
.
.

Mobil berwarna hitam yang dikendarai Agraven melaju dengan kecepatan tinggi. Pria tersebut seperti orang kesetanan dalam mengendarai mobilnya.

Beberapa mobil ia tikung tanpa membunyikan klakson. Mungkin berbagai umpatan dan sumpah serapah sudah ia dapatkan dari pengendara lain.

"Aku pernah bilang sama kamu, Za. Kamu mati maka detik berikutnya aku mati," gumam Agraven.

Mobil Agraven berhenti di depan gang kecil bernama violet. Ia keluar dengan terburu-buru, tanpa menutup kembali pintu mobil, Agraven langsung berlari dan masuk ke dalam gang sempit tersebut.

Sampainya di depan kontrakan Aza dulu, Agraven langsung mengetuk pintu itu dengan brutal. Lebih tepatnya menggedor.

Brak

Agraven terus menggedor pintu kontrakan kecil di depannya, sesekali ia mengedor jendela.

"AZA!"

"AZANANTA BUKU PINTUNYA, AKU TAU KAMU DI DALAM SANA!"

"ZA? PLEASE CEPAT BUKA!"

"ZA, MAAFIN AKU! AKU NGGAK BERMAKSUD BOHONG SAMA KAMU"

"ZA, AGRA ADA DI DEPAN! AYO BUKA, SAYANG!" teriak Agraven seperti orang gila.

Tangan kirinya mengepal kuat, sedangkan tangan kanan mengeluarkan handphone dari saku celananya.

Jarinya langsung mendial nomor Aza. Namun, nomor itu tidak bisa dihubungi.

"ARRGGGHHH!"

Agraven marah. Marah pada dirinya sendiri, marah kepada Ludira karena memberitahu tahu Aza tanpa izin darinya, marah karena Aza tau bukan dari mulutnya, ia marah juga marah akan takdir yang tercipta untuk hidupnya.

"Za, aku pingin kita hidup normal kayak pasangan-pasangan lainnya. Menikmati setiap harinya tanpa ada kebohongan, tanpa ada rahasia ... aku pingin, tapi masa lalu terlalu berdampak untuk kita," lirih Agraven.

"Jika pasangan lain pasti sedang bahagia-bahagianya saat calon anak mulai tumbuh di perut istrinya, pasti sang suami selalu menuruti keinginan istrinya, tapi aku ... untuk buat kamu ...." Agraven tidak lagi melanjutkan ucapan lirihnya. Ia mendongak untuk menatap pintu kontrakan yang tertutup rapat dengan tatapan nanar.

"Za! Kamu beneran gak ada di dalam?"

Agraven menunduk pasrah. Sepertinya Aza benar-benar tidak ada di dalam.

"Aza, aku kangen ...." Padahal baru tadi pagi ia terakhir bertemu dengan Aza.

Agraven berbalik badan, lalu kembali berlari menuju mobil yang ia tinggal. Sambil berlari, Agraven menelepon sang kakek.

Setelah telepon tersambung, Agraven menghentikan larinya.

"Kek! Bantu Agra, please ...." Baru kali ini Agraven memohon dengan amat sangat kepada sang kakek.

"Kenapa, Agra? Kamu ada masalah?" tanya Alferd. Tidak biasanya Agraven memohon bantuan kepadanya.

"A-Aza ...."

"Kenapa dengan cucu mantu? Dia dan anak kamu baik-baik aja--"

"Istri Agra gak tau di mana sekarang, Kek! Agra gak tau dia pergi ke mana!" potong Agraven begitu frustasi sambil menjambak rambutnya.

"APA? KENAPA BISA?"

"Dira udah kasih tau Aza tentang kematian orangtuanya."

"BAGAIMANA BISA AGRAVEN? KENAPA LUDIRA MELAKUKAN ITU?"

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang