6. »Kelinci manis

69.2K 6K 395
                                    

Vote, spam coment jangan lupa.

Aza sedang berjalan di taman belakang kampus. Tujuannya adalah mencari Vanna. Sebenarnya ia ingin langsung pulang, tetapi takut sahabatnya itu masih menunggu dirinya di area kampus. Maka dari itu Aza mencari Vanna di taman belakang kampus. Biasanya gadis itu sedang meratapi kejombloannya di sana.

Sebelumnya Rafka sudah ingin mengantarkan Aza pulang. Namun, Aza menolaknya. Dikarenakan ia ingin mencari pekerjaan baru. Ia tidak bisa menganggur lama-lama. Keuangannya sangat mengkhawatirkan. Pengeluaran akan terus mengalir, sedangkan pemasukan sepeser pun tidak ada.

Tidak sengaja Aza melihat dua orang lawan jenis sedang berpelukan. "Aaaa mata Aza!" batinnya kaget.

Baru saja kakinya ingin melangkah untuk pergi. Namun, ia urungkan setelah melihat seseorang yang ia kenali adalah salah satu orang yang sedang berpelukan di depan matanya sekarang. Hal itu menarik perhatian Aza untuk mengintip.

"Kak Ludira." Aza bergumam. "Kak Ludira sama siapa? Kok, kayak nangis, ya?" lanjutnya karena merasa penasaran. Ia sadar bahwa apa yang dilakukannya itu tidak sopan. Namun, ia sangat penasaran.

Aza menyenderkan kepalanya di tembok. Mulutnya bergumam tidak jelas. Aza sangat penasaran dengan wajah pria yang bersama dengan Ludira. "Apa dia kakak misterius, ya?"

Aza masih diam melihat dua insan yang sedikit jauh jaraknya dari posisi ia berdiri. Tidak disangka, pria yang bersama Ludira menoleh ke belakang tepat menatap Aza yang sedang berdiri.

Jantung Aza seperti berhenti berdetak. "Aduh, ketahuan! ya Tuhan!! tolong Aza, gimana ini?" Aza merutuki kebodohannya di dalam hati.

Sebelum terlambat, Aza langsung pergi.

Seseorang itu sudah mengetahui keberadaan Aza sejak awal. Ia mengangkat sudut bibirnya tipis. Tidak akan ada yang mengetahui bahwa itu adalah sebuah senyuman yang sangat langka.

"Kelinci yang manis," batinnya.

••••


"Ada apa?"

"Rav, kamu harus pulang!" mohon seorang gadis cantik.

Orang yang menjadi lawan bicaranya langsung menggeleng tanpa ragu. "Enggak dan nggak akan pernah, Ra!"

"Oke, aku tau kamu benci banget sama dua iblis itu. Sama Rav! Aku juga benci! Mereka yang udah buat kita kayak gini! Dua iblis itu yang membentuk dua iblis ini!"

"Setidaknya kalau kamu nggak mau menginjakkan kaki ke rumah itu lagi, setidaknya kamu sering-sering mampir ke rumah Kakek! Dia kangen kamu, Raven," lanjut gadis itu.

"Ludira Kasalvori," ucap pria diketahui adalah Agraven itu dengan nada rendah, tetapi penuh penekanan.

Merasa terpanggil, Ludira langsung mendongak untuk melihat lawan bicaranya.

"Pindah dari rumah itu," pungkas Agraven dengan datar.

Dengan cepat Ludira menggeleng. "Enggak, Rav! Di sana aku bisa terus mengingat setiap penderitaan dalam hidup aku ataupun kamu. Penderitaan yang telah diukir oleh dua manusia biadab itu. Karena mereka aku kayak gini, karena mereka kita kayak gini--"

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang