"Bayi lahir nangis karena dia tau akan menjalani beratnya kehidupan.
-Galva Alfane-.
.
."GALVA!!"
"Apa?" jawab Galva santai.
"Cepetan nyetirnya bangsat!" marah Agraven.
"Ini udah cepat," jawab Galva.
"BANGGAL CEPETAN! CEPAT CEPAT CEPAT!" pekik Aza.
Agraven tidak tega melihat istrinya kesakitan. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Za, kamu tenang, ya," ucap Agraven lembut. Aza menggeleng kuat.
"Mana bisa tenang! Ini sakit, Kak!"
Agraven menggenggam tangan Aza dengan erat, tangan sebelahnya lagi mengelap keringat Aza yang sudah bercucuran di kening.
Aza merasakan sakit yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Karena sudah tidak tahan, ia geram dengan Galva yang membawa mobil tidak sampai-sampai.
"Banggal ngebut lagi huaaa!!" Tangannya menggapai rambut Galva yang sedang fokus menyetir. Dengan kuat tangan Aza menjambaknya.
"Aaaaakkhhh! Rambut gue jangan ditarik woii! Aashhh, Degem lepasin adoooh ini bahaya!"
"Azananta, lepas rambut Galva. Bahaya, Za." Agraven berupaya melepaskan tangan Aza dari rambut Galva. Ia menarik tubuh Aza dan didekapnya erat.
Tangan Agraven jatuh pada perut Aza. "Sayang, jangan nakal gitu. Kasian Mamanya kesakitan," ujar Agraven lembut pada sang calon anak.
"Kak Agra sakit aaaaaa—huh!"
"Galva buruan! Gue nggak mau anak gue lahir di mobil! Nggak elite banget tempat lahirnya nanti di mobil!" kata Agraven.
Galva ingin tertawa mendengar itu, tapi berusaha ia tahan.
"Itu rumah sakit udah nampak hilalnya!" seru Galva.
Agraven menarik napas panjang. Melihat Aza yang gelisah kesakitan membuat napasnya tercekat.
Setelah mobil yang Galva bawa berhenti, Agraven langsung membawa tubuh Aza ke dalam rumah sakit. Galva mengikuti dari belakang.
"DOKTER! SUSTER!" panggil Agraven keras. Semua yang berada di lobi rumah sakit mengarahkan pandangan kepadanya.
"Mana dokter di sini, hah? Istri gue mau lahiran, bangsat!" teriak Agraven berlari membawa istrinya masuk.
Tiga orang suster dan dokter Ina langsung mendekat. Karena mereka sudah mempersiapkan semuanya.
"Pak Raven, letakkan Ibu Aza di sini," perintah dokter Ina menunjuk brangkar yang dibawa oleh para suster.
"Enggak usah, saya aja yang bawa. Di mana ruangannya?!"
Dokter Ina mengangguk. "Ikuti saya," pintanya. Dengan tergesa-gesa Dokter Ina membawa mereka ke ruang bersalin.
Aza menggigit lengan Agraven untuk menyalurkan rasa sakitnya.
Mulut Agraven bungkam karena merasakan lengannya terasa berdenyut oleh gigitan Aza. Dari situ ia tau betapa sakitnya yang Aza rasakan sekarang.
"Ayo letakkan di sini!" perintah dokter Ina setelah mereka sudah berada dalam ruangan.
"Pak Agraven boleh di sini menemani istrinya," ujar Dokter itu lagi.
Agraven mengangguk. Ia berdiri di samping Aza. Tangannya digenggam erat oleh tangan Aza. Agraven tidak tega melihat itu. Terlebih mata Aza yang terus mengeluarkan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGRAVEN
Mystère / ThrillerReady stock📌 Baca keseluruhan terlebih dahulu baru menilai^^ 🔞𝐈𝐬𝐭𝐢𝐠𝐡𝐟𝐚𝐫 𝐝𝐮𝐥𝐮. Psychopath bucin itu cuma ada di wattpad! Contohnya di ceritaAGRAVEN. .... Azalea Kananta, gadis yang pernah didiagnosa mengidap Agoraphobia pada umur 7 t...