36.»Azeline?

38.2K 4.3K 285
                                    

Marhaba.....👋

Apa kabar? Sudah bahagia hari ini?
Happy at the time

JANGAN LUPA PENCET BINTANG ⭐

“Hidup menghidupi jadikan hidup lebih hidup”

Cerita untuk kalian, votmen untuk saya.
.
.

12kentang

"Jika sampai kamj melanggar itu semua ...." Agraven menyeringai.

"Saya akan langsung bungkam habis bibir kamu dengan ini," lanjut Agraven dengan menunjuk bibirnya sendiri.

Aza langsung bergidik, tangannya spontan mengusap lengannya yang terasa meremang.

"Gimana, hm? Masih mau ke sana?"

Dengan mantap Aza mengangguk. "Mau!"

"Yakin?"

"Yakin!"

"Kalo melanggar, hukumannya apa?"

"Tadi, yang kamu bilang," cicit Aza menunduk.

"Saya bilang apa, hm?" Agraven terus gencar menggoda Aza.

"Tau ah!" jawab Aza sebal. Ia memalingkan wajahnya ke luar jendela. Agraven terkekeh, tangannya mengacak rambut Aza gemas.

"Oke, kita ke sana. Ingat pesan dan ingat hukumannya."

"Iya," jawab Aza.

Agraven kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Setelah hampir setengah jam, mereka mulai memasuki jalan menuju hutan.

"Makamnya ada di hutan, Kak? Kok serem banget," ujar Aza sambil memperhatikan jalan yang mereka lewati.

Agraven hanya diam tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan Aza. Hal ini membuat Aza mencibir dalam hati.

"Atau jangan-jangan mereka memang manusia serigala--"

"Enggak usah mikir aneh-aneh," potong Agraven. Aza langsung mengangguk pasrah.

Setelah beberapa menit akhirnya mereka sampai di kawasan hutan. Suasana yang begitu menyeramkan bagi Aza.

Ternyata mereka berhenti di salah satu rumah tua. Di sekitar rumah itu terdapat pohon-pohon yang menjulang tinggi. Aza menatap kagum melihat ketinggian pohon itu. Sampai sebuah tangan menariknya ke belakang. Aza tersentak kaget. Agraven pelakunya.

"Ayo!" Aza mengangguk saat Agraven menggenggam tangannya.

"Ingat syarat-syarat yang saya sebut tadi dan ingat hukumannya."

"Iya Aza ingat! Kak Agra pikir Aza pikun apa?" jawab Aza kesal. Sudah berapa kali suaminya itu mengulang kalimat yang sama.

Agraven membawa masuk istrinya ke dalam rumah tua itu. Rumah yang beberapa hari lalu ia datangi bersama dengan Ludira.

Sampailah Agraven dan Aza di depan sebuah ruangan. Agraven menoleh ke Aza yang sedang bingung.

"Mulai sekarang kamu nggak boleh ngomong. Satu huruf keluar dari mulut kamu berarti satu ciuman," bisik Agraven menyeringai. Aza hanya diam tanpa menjawab.

"Kenapa nggak dijawab?" cibir Agraven karena Aza tetap diam.

"Kenapa, Za? Sariawan?"

"Kak Agra ih! Tadi disuruh diam!" gerutu Aza sangat kesal. Agraven meringis sambil mengusap tengkuknya.

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang