43.»Perkara Vas Bunga

39.1K 4.4K 256
                                    

Jangan lupa vote

KOMEN!!!!
.
.
.

Galva sudah sampai di rumah sakit yang disebutkan oleh Agraven. Laki-laki itu segera bertanya kepada resepsionis. Setelah mengetahui ruangan Aza, ia segera berlari menuju ke sana.

"Teratai no 1 ... nah, itu dia." Galva langsung membuka pintu.

"Anjir!" umpatnya melihat pemandangan pertama kali saat ia masuk. Laki-laki itu langsung berbalik badan, niatnya ingin kembali keluar. Namun, dua orang di belakangnya membuat Galva terjengkit kaget.

"Eh, setanpalabotak!" latahnya mengelus dada.

"Lo ngapain di sini?" tanya Ludira yang berdiri di sebelah Alferd.

"Kalian ngapain di sini?" tanya Galva balik bertanya.

"Ini ruangan tempat istri cucu kakek, wajar dong kakek ke sini," jawab Alferd.

"Oh, iya-iya," jawab Galva menyengir.

"Mau pulang?" tanya Ludira.

"Kagak! Gue juga baru masuk."

"Terus kenapa mau keluar?" heran Alferd.

Galva menggeser tubuhnya agar Alferd dan Ludira dapat melihat pemandangan yang kurang sehat untuk dilihat oleh kaum jomblo seperti dirinya.

"Mereka mesra sekali," respon Alferd dengan wajah berbinar. Ia segera masuk dan diikuti oleh Ludira. Tidak lupa Galva yang juga mengikuti.

"Bangunin nggak, nih?" tanya Galva.

"Ssstttt ... biarin dulu," jawab Alferd sedikit berbisik.

Agraven dan Aza sedang tidur saling berpelukan. Mereka terlihat sangat nyaman dengan posisi itu. Tidak tau saja mereka sekarang sedang menjadi tontonan Alferd, Ludira dan Galva.

Tidak lupa Alferd mengabadikan momen itu di ponselnya.

Ludira hanya diam sejak masuk ke ruangan. Namun, sesekali ia tersenyum. "Nikmati masa-masa ini, Azalea."

"Kek, Galva bangunin, ya?" tanya Galva geram.

"Kenapa?"

"Udah nggak kuat, kek. Pingin juga kayak gituuuuu," bisik Galva dengan tampang mupeng.

"Makanya cari istri," ujar Alferd tertawa meledek.

"Belum saatnya. Ada sesuatu yang harus dituntaskan dulu," jawabnya.

"Sok iya kamu. Memangnya sesuatu apa yang pernah kamu tuntaskan?" ledek Alferd.

"Cuma satu kok. Sampai sekarang belum terpenuhi," jawabnya menatap Agraven dan Aza yang masih tidur berpelukan.

"Cepat tuntaskan, lalu menikah. Jangan lupa kenalin ke kakek," seru Alferd.

"Aman itu, mah! Sekarang bangunin mereka, ya?"

"Terserah."

Galva tersenyum bahagia. Ia maju dan berdiri tepat di sebelah Agraven yang membelakanginya karena pria itu menghadap ke arah Aza.

Ludira mendengkus karena tubuh Galva menghadangnya untuk melihat.

Galva tersenyum licik melihat punggung Agraven. "Saatnya balas dendam, Rav. Pinggang gue encok gara-gara cuci piring, nyapu, ngepel," gumamnya.

"1-3-6—RAVEN BANGUN! AZA DICULIK!" teriaknya sambil memukul punggung Agraven.

Dua manusia yang sedang mulanya tidur langsung terperanjat.

Aza langsung turun dari brangkarnya, begitupun dengan Agraven.

"Sshhh," ringis Aza saat jarum infus terlepas dengan paksa dari tangannya. Agraven langsung menghampiri wanita itu dan meniup-niup tangan Aza yang mulai mengeluarkan darah.

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang