24. »Mutilasi

46.7K 4.3K 424
                                    

Baca dahulu part sebelumnya, takutnya lupa dan nggak nyambung😊
.
.
.

"Hiks ... Aza salah."

"Enggak Azalea."

"Aza bodoh, Aza nggak pantas buat Afka-"

"Sttt, nggak boleh ngomong gitu. Liat, tuh, calon suaminya Aza marah," potong Rafka terkekeh miris saat menyebut calon suami Aza.

Aza menoleh untuk melihat Agraven. Benar saja, mata cowok tersebut seakan-akan ingin keluar dari tempatnya.

"Kakak jangan gitu!" pekik Aza.

"Makanya jangan rendahin diri kamu lagi, Azananta!" tegas Agraven.

"I-iya, nggak lagi," pasrah Aza. Entah kenapa ia langsung menurut.

"Dia lebih baik untuk kamu, Za. Sekarang aku udah yakin buat lepasin kamu," ungkap Rafka.

Aza hanya diam dengan menatap Rafka sendu.

"Jagain Aza. Gue udah relain dia buat, lo. Jangan sia-siakan dia. Kalo sampe itu terjadi ... gue ambil Aza kembali," ungkap Rafka pada Agraven. Agraven hanya bergeming di tempat.

"Semoga bahagia, Azalea Kananta," ungkap Rafka tersenyum. "Gue pergi."

Cup

"SETAN BANGSAT!!

Bughhh

"KAKAK!" teriak Aza kaget.

"Berani-beraninya anda sentuh milik saya!" tekan Agraven. Tangannya mencengkram kerah baju Rafka dengan kuat.

"Rav! Udah, Rav! Biarin aja, lagian nyiumnya di kening, bukan di bi--" Ucapan Galva langsung dipotong.

"Di mana pun itu! Ngerti kata nggak suka?!" Agraven menekankan di setiap katanya.

"Biarin atuh, ini teh untuk yang terkahir kalinya, Rav--"

"PERSETAN UNTUK TERAKHIR KALINYA! GUE NGGAK PEDULI!" marah Agraven. Ia benar-benar murka.

Brukkhh

Tubuh Rafka tersungkur ke lantai akibat dorongan keras dari Agraven. Aza langsung berlutut untuk membantunya berdiri.

Vanna terkejut melihat kejadian itu. Ia menoleh ke arah Galva di sampingnya. "Sahabat gue miris amat," kata Vanna prihatin. "Udah sadboy, nyungsepnya nggak ada keren-kerennya amat ke lantai," lanjutnya sambil menatap Rafka dengan miris tanpa berniat membantu.

Galva yang mendengar itu langsung menoleh. "Sahabat gue memang gitu. Temperamennya sungguh meresahkan. Senggol dikit bacok," bisiknya.

Vanna langsung bergidik. "Ganteng, sih, tapi nyeremin," balasnya.

"A-Afka nggak papa?" tanya Aza dengan bergetar. Ia mendongak untuk menatap Agraven dengan tatapan sedih.

Sial!

Agraven tidak rela melihat tatapan itu dari mata Aza, terlebih lagi untuk membela orang lain.

"Kak Gagak, kan, tau ... Aza takut. Aza nggak suka kamu kasar gini ke siapapun. Apalagi ke orang-orang yang Aza sayang!"

"Sayang?" tanya Agraven tajam.

"Iya--"

Brakk

"YA GUSTI!" teriak Galva terkejut saat sofa di sampingnya ditendang dengan keras oleh Agraven.

"Wahai Agraven Kasalvori! Tamperamenmu itu sangat buruk, posesifmu itu kelebihan! Dengerin abang Galva yang ganteng ini. Degem itu belum jadi milikmu, Tuan muda Agraven Kasalvori. Satu lagi, dia sayang sama Rafka itu wajar, dong! Mereka baru aja putus beberapa menit yang lalu karena unsur emm ... keterpaksaan dan keadaan, jadi nggak mungkin kalo Degem langsung move--"

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang