51.»Kepergian

36.6K 4.1K 418
                                    

Vote duluuuuuuu.......

Siap-siap say 'good bye' untuk seseorang 🤭
.
.
.

Pukul setengah empat pagi, dering ponsel Agraven terus saja berbunyi. Entah siapa yang berani mengganggu tidur nyenyaknya.

Drtt drtt

Nada panggilan terus saja berbunyi sampai tidur Agraven terganggu. Ia mendengus kasar. Jangan sampai istrinya yang masih tidur di dekapannya sampai terganggu.

Agraven menghiraukan panggilan itu. Karena takut istrinya terbangun, ia mengusap lembut punggung istrinya agar semakin nyenyak.

Ponselnya kembali berdering. Agraven ingin melempar ponsel itu sekarang juga, tetapi ia tidak bisa menggapainya yang terletak di atas nakas. Jika ia bergerak, Aza akan terbangun.

Yang tidak diharapkan terjadi. Aza menggeliat tidak nyaman di depan dadanya.

"Engh ...." lenguh wanita itu.

"Sttt sttt, tidur lagi, ya. Masih pagi," bisik Agraven sambil mengusap rambut Aza.

"Ponsel kak Agra bunyi terus. Angkat, gih!" suruh Aza dengan mata yang masih setengah terbuka. Agraven yang gemas melihat itu pun tidak sungkan mengecup ke dua mata itu.

Cup

Cup

"Ih, jangan cium-cium!" protes Aza menjauhkan wajah Agraven dari wajahnya.

"Tidur lagi makanya," balas Agraven terkekeh.

"Angkat dulu teleponnya, siapa tau penting!"

Bukannya mengangkat telepon, Agraven justru lebih memilih memeluk kembali tubuh Aza dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher wanita itu.

"Yang lain nggak ada yang penting, Za. Di hidup aku sekarang yang penting itu cuma kamu dan baby," bisik Agraven.

"Geli, kak."

"Nyaman, sayang."

Aza hanya pasrah, Agraven semakin hari semakin manja padanya. Tangannya perlahan mengusap rambut hitam Agraven dengan pelan. Ia juga mulai merasa nyaman dengan posisi itu pun kembali tertidur.

Tidak lama dari itu, ponsel Agraven kembali berdering.

Hal itu berhasil membuat pasangan itu terlonjak kaget.

"Shitt!" umpat Agraven.

"Makanya tadi diangkat!" omel Aza dengan mencebikkan bibirnya.

"Iya sayang, ini mau ngangkat," pasrah Agraven. Ia duduk lalu mengambil benda yang menjadi penyebab ia harus bangun sepagi ini.

Kening Agraven berkerut melihat nomor yang tidak dikenal. Siapa yang sudah berani berbuat iseng kepadanya pagi-pagi begini.

Baru saja Agraven ingin meletakkan kembali ponselnya ke atas nakas, tapi nomor itu kembali menghubunginya. Mau tidak mau Agraven mengangkatnya.

"Hallo."

Agraven terdiam mendengar penjelasan orang diseberang sana. Otaknya seolah berpikir keras dengan apa yang baru saja dikabarkan oleh si penelepon.

Sampai sambungan telepon itu terputus, Agraven masih terdiam membeku.

"Kak, ada apa?" tanya Aza ikut duduk. Ia memegang bahu laki-laki itu. Namun, tidak ada reaksi apapun.

Melihat wajah pias suaminya membuat Aza khawatir.

"Kak Agra kenapa? Jangan bikin Aza khawatir," cicit Aza. Tangannya menangkup wajah Agraven agar mau menatapnya.

"Kak Agra ngomong!" seru Aza menepuk pelan pipi Agraven yang masih membisu. Pandangan laki-laki itu kosong.

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang