31.»Tulus/jebakan?

50.4K 4.8K 324
                                    

⚠️Baca AGRAVEN, harus ingat umur, yaaa!
Konten ini lumayan tak patut untuk yang masih berada di bawah umur

Jangan tunggu end baru baca. Jangan nabung part

.
.
.

Cup

Merasakan ada sesuatu yang menyentuh bibirnya, Aza langsung terbangun.

Nyawanya belum sepenuhnya terkumpul, tetapi wajah yang hanya berjarak beberapa senti saja dari depannya membuat Aza terkejut bukan main.

Brukhh

"Arrggghhh!"

"Kak Agra!" teriak Aza saat Agraven tersungkur di lantai akibat dorongannya memang kuat. Berhubung Agraven yang memang belum siap atas dorongan spontan dari Aza pada tubuhnya, alhasil ia tersungkur di lantai.

"Kamj gila, Za?" ringisnya, lalu kembali naik ke atas ranjang dan duduk di samping Aza.

"Ya maaf. Lagian kamu ngapain naik ke atas Aza, terus cium-cium?"

"Awali pagi dengan sarapan, bukan dengan harapan," jawabnya asal. Wajahnya masih tidak enak dilihat.

"Kakak udah sarapan? Sarapan pake apa? Kenapa nggak ajak-ajak!" kesal Aza. Ia perlahan duduk dan menutupi tubuhnya dengan selimut hingga sebatas dada.

"Udah, tapi kurang. Sini, saya mau nambah!" suruh Agraven sambil menarik bahu Aza.

"Hah?"

Cup

"Saya sarapan pake ini ... morning kiss," ujarnya tersenyum.

Aza mengerjapkan matanya berkali-kali untuk mencerna apa yang terjadi.

"Kak Agra mesum, ya!"

"Lanjut yang tadi malam mau, hm?"

"ENGGAK! KAK AGRA GANAS!"

"Ganas di atas ran--"

"KAK AGRA DIAM! AZA NGGAK MAU DENGAR!" teriak Aza sambil menutupi telinganya, otomatis selimut yang ia pegang langsung melorot.

Melihat itu mata Agraven melotot.

Hei, pagi-pagi dia sudah dipancing dengan pemandangan yang sangat ekhem indah.

"Aaaaaaa! Jangan dilihat!"

"Saya juga udah liat semuanya kamu mau apa?" tanya Agraven terkekeh. Lalu menuntun Aza berbaring dan menutupi seluruh tubuh Aza dengan selimut.

"Jangan pancing saya pagi-pagi, Za. Kamu mau saya bikin nggak bisa jalan selama seminggu?"

Refleks Aza bergidik. "Kak Agra mau bunuh Aza, ya?" tuduhnya.

"Kalo kamu nggak mau nurut, terus melanggar apa yang saya peringatkan ... bakal saya--"

"Bunuh?" potong Aza mendelik. Dengan santai Agraven mengangguk. Ia hanya menakut-nakuti Aza saja.

"Kalo Aza mati, berarti kak Agra jadi janda, dong?" seru Aza.

"Janda pala lu!" batin Agraven.

"Eh, maksud Aza, berarti Kak Agra mau jadi duda, dong?!"

"Ide bagus. Saya bakal jadi duren," jawab Agraven.

"Duren?"

"Duda keren. Terus duda kaya-raya," ujar Agraven dengan percaya diri sambil menaik-turunkan alisnya. "Terus saya cari Sugar Baby yang--"

"Aaaaa nggak mau, jangan bunuh Aza! Aza bakal nurut sama, Kakak. Asal jangan cari Sugar Baby hiks."

Niat hanya menjahili sang istri, alhasil jadi nangis beneran.

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang