45.»Mimpi itu

35.2K 4.1K 400
                                    

Ini nulisnya dua kali aihh, yang awal gak ke simpan. KESEL KAN udah ngetik banyak, malah ngilang kayak dia ppftt

Komen kalian! Awas aja kalo cuma baca😾
.
.

"Jika kamu sedang mengincar kematianku, tolong biarkan anak ini lahir. Jangan sakiti dia," isak Aza tidak sanggup menahan ketakutannya.

Mata Aza terpaku melihat benda kecil yang berada tidak jauh di hadapannya terduduk. Tangannya yang masih bergetar terulur untuk mengambil benda itu. Sebuah gelang hitam yang terasa familiar bagi Aza.

"Kayak pernah lihat, tapi punya siapa, ya?" monolognya sambil memperhatikan gelang tersebut. Wanita itu melihat kiri-kanan, memastikan orang tadi sudah tidak ada. Dengan cepat ia masuk ke dalam rumah dan menguncinya.

***

Matahari sedang terik-teriknya saat ini. Aza mulai merasa bosan. Bagaimana tidak, hal yang ia lakukan hanya makan dan nonton televisi. Untuk tidur Aza tidak bisa, rasanya aneh jika ia tidur sendirian. Padahal awal sebelum bertemu Agraven, ia justru tinggal sendirian, baik siang maupun malam. Mungkin ia sudah terbiasa dengan keberadaan Agraven.

Wanita itu teringat akan sahabatnya yang sudah lama tidak ia temui. Jika diingat-ingat, mereka terakhir bertemu pada dua bulan yang lalu, saat Aza memberitahukan bahwa dirinya sedang hamil. Jika menelepon Vanna sekarang ide bagus. Ia langsung mencari nomor Vanna dan meneleponnya.

"HALLO YUPIIIII!"

"Hallo, Vannaaa!" seru Aza sangat antusias setelah mendengar suara Vanna yang memanggilnya Yupi.

"KABAR LO GIMANA? PONAKAN GUE BAIK-BAIK AJA 'KAN?" tanya Vanna dengan heboh. Gadis itu sama sekali tidak berubah.

"Aza baik, kok. Kandungan Aza juga sehat," jawab Aza tersenyum, walaupun Vanna tidak dapat melihatnya

"Kapan kita ketemu lagi? Gue kangen tau!" seru Vanna.

"Aza juga kangen, tapi Aza belum izin sama kak Agra," balas Aza cemberut.

"Lo tenang aja, Yupi! Besok kalau nggak lusa gue sama Rafka ke rumah lo. Boleh, 'kan?"

"Boleh-boleh! Boleh banget, Na!" jawab Aza antusias.

"Lo minta dibawain apa besok?"

"Beneran? Hmm, Aza mau mie pangsit Pak Yoma aja, Na. Kangen banget tau," jawab Aza sambil membayangkan mie pangsit yang sering ia beli dulu dengan Vanna sepulang dari kampus.

"Udah makan belum? Ponakan pertama gue harus sehat, jadi Mamanya harus makan yang banyak."

"Cieee Vanna perhatian, nih, yeee! Vanna sekarang berubah semenjak pacaran sama Afka cieeee," goda Aza.

"Udah-udah. Suami lo ke mana emangnya? Lo sendiri di rumah?"

"Iya, kak Agra, kan, kuliah. Aku sen--aduh, Na!"

"Ada apa, Yupi?! Lo mau lahiran?" tanya Vanna khawatir.

"Apasih, kandungan Aza baru masuk bulan ketiga. Masa udah lahiran," jawab Aza cemberut.

"Terus tadi kenapa teriak?"

"Aku lupa minum susu. Kalau tau kak Agra bisa dimarahin nanti Aza," jelasnya. "Ya udah, titip salam buat mantan Aza, ya, xixi" Setelah mengatakan itu, Aza langsung mematikan sambungannya. Aza langsung bangkit dari duduknya dan berjalan menuju dapur.

Ngomong-ngomong tentang Elder, Aza tidak peduli. Ia tidak mau penasaran dengan hewan buas itu lagi.

"Loh? Kok abis?" monolognya saat melihat susu yang seingatnya baru dibuka beberapa hari yang lalu sudah habis.

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang