Bae | 1

2.2K 130 112
                                    

Selamat datang di bagian pertama kisah si Bintang.

Hai, Besties! Cerita ini merupakan series dan temenan sama Aldan wkwk.

Aku harap kalian bisa enjoy dengan si Bintang.

Okay, let's go!

__________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__________________________________

"Piuw, piuw, piuw!" celoteh random.

Gadis remaja bernama Thania Adeline Rembulan yang kerap disapa Adel, ia tengah berkeliling taman menggunakan skuter kesayangannya, kepala serta lututnya terlapisi sebuah pelindung, dan tak lupa mulutnya yang sibuk meniup permen karet.

Ah, tangan kirinya juga sibuk memegang ponsel agar ia bisa membagi kegiatan menyenangkannya ini ke media sosial.

Adel memainkan skuternya dengan lincah meski tangannya sibuk merekam hingga tanpa ia sadari ada sesuatu di depan sana.

MEOOOOOW!!!

BRUGHH!!!

"Awwsh!" rintih Adel saat ia terjatuh ke arah kanan sehingga membuat pinggangnya berbenturan dengan aspal.

"Sial! Siapa yang nyuruh lo di tengah jalan gini kucing nakal? HEH?!" omel Adel merengut kesal.

Lantas ia melirik ponselnya yang ikut terjatuh, ia bernapas lega ketika ponselnya hanya tergores sedikit.

Adel berdiri sembari menegakkan kembali skuter kesayangannya serta mengecek apakah skuternya lecet? Untung tidak.

"Sana lo jangan di tengah jalan gini, ini khusus manusia lewat!" cerocos Adel sembari menendang-nendang perut kucing itu.

Tak berperikemanusiaan!

"Heh! Heh! Siapa yang nyuruh lo nendang-nendang kucing gue? Nyawa lo ada berapa berani-beraninya nendang kucing kesayangan gue!" omel seseorang.

Adel menoleh kebelakang, ia sedikit terkejut mengetahui pemilik kucing tersebut adalah seorang lelaki yang memakai seragam sekolah menengah atas. Mata Adel melirik nama cowok itu yang tertera di seragamnya.

Bintang Malik R.

Dengan wajah pongah Adel menatap Bintang.

"Oh jadi ini kucing lo? Tolong jagain dengan baik! Dia udah bikin gue dan skuter kesayangan gue jatuh!" ucap Adel sembari memperlihatkan goresan kecil di betisnya.

"Lo pikir gue nggak lihat? Bukan salah kucing gue! Lo nya juga kudu nyadar, naik skuter itu lihat-lihat bukannya main hape mulu!" balas Bintang sembari menggendong kucingnya. Lantas ia akan beranjak pergi.

"Tapi kan kalau aja kucing lo nggak di tengah jalan gini, gue nggak mungkin nabrak dia!" balas Adel dengan suara keras.

"Ahhh, jadi kucing gue yang salah nih?" Bintang berbalik lagi.

"Ya, kucing lo yang salah, lo kudu minta maaf ke gue!"

Bugh!

Adel melotot. Bintang menendang skuter kesayangannya. Dengan cepat Adel memeriksa bagian skuter yang Bintang tendang tadi.

"Kucing gue nggak sudi minta maaf sama lo katanya, dia kepengen lo ngerasain kesayangannya ditendang juga," ucap Bintang sembari tersenyum miring dan dengan cepat pergi begitu saja.

Adel mengepalkan tangannya kesal. Giginya mengatup geram. "AWAS LO!!"

***

"Bisa-bisanya Mama ngajak kamu ke taman tapi lupa bawa pulang, hah, kalau aja Mama nggak pelupaan kamu nggak mungkin ditendang-tendang sama cewek songong tadi," gerutu Bintang sembari memasukkan kucing kesayangannya kedalam kandang yang ia bawa.

Ia berbicara pada kucingnya seolah-olah kucing tersebut mampu mencerna omongannya.

Ting!

Bintang melirik ponselnya yang berbunyi.

Sabrinna :
Aku nggak mau putus sama kamu, aku bisa jelasin semuanya, itu nggak seperti yg kamu kira

Bintang berdecak sebal. "Najis tau nggak, udah selingkuh dari gue, sekarang mohon-mohon nggak mau putus. Murahan!"

Kemudian, Bintang melempar ponselnya ke jok samping dan bersiap-siap mengendarai mobilnya untuk pulang ke rumah karena hari sudah mulai beranjak malam.

***

Adel meniup permen karetnya terus-menerus hingga ia merasa cukup bosan, ia buang permen karet tersebut dari mulutnya.

"Guys, tadi gue tuh nabrak kucing kan, nah si pemiliknya itu nyebeliiiin banget, masa dia nggak mau minta maaf. Mm, tapi gue pikir-pikir nih ya salah gue juga sih main skuter sambil main hape, ah tau deh," ucap Adel sedari tadi ia merekam untuk ia upload story di media sosial.

"Gegara kucing itu lihat betis gue jadi lecet gini, agak nyesel sih pake celana pendek," lanjut Adel sembari mengarahkan ponselnya ke betisnya yang terkena lecet sedikif.

Adel memutuskan keluar dari aplikasi media sosial saat ia sudah sampai di rumahnya, rumah barunya.

Setelah memasukkan skuternya kedalam garasi, ia mulai memasuki rumahnya. Sepi. Namun, ia bisa melihat sang Papa masih membereskan barang-barangnya.

"Papa?" panggil Adel.

"Eh, gimana udah kelilingnya?" tanya Papa Hasan.

Adel mengangguk. "Mau aku bantuin?" tanya Adel.

Papa Hasan menggelengkan kepalanya, ia hanya tinggal memasukkan baju-bajunya kedalam lemari.

"Nggak usah, sana gih ke dapur duluan Bi Inah udah masak."

"Aku mandi dulu," teriak Adel sembari berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Sampai di kamarnya, ia bersiap-siap mandi mengambil handuk yang terlipat rapi di dalam lemari. Saat akan memasuki kamar mandi, ia berhenti sejenak lalu menoleh kearah meja riasnya.

Adel berjalan ke arah meja rias itu. "Aishh! Bi Inah kayaknya lupa dibilang jangan pajang foto ini!" omel Adel sembari tangannya bergerak melempar foto tersebut ke tempat sampah.

Foto lengkap keluarganya bersama sang Mama dan sang Adik.

Harusnya itu menjadi kenangan terindah.

Tapi tidak bagi Adel, itu kenangan buruk yang tak pantas untuk diingat kembali.

Tbc
©️2022-03-12

Okay, ini baru permulaan. Aku harap kalian suka dengan permulaan ini.

I hope you like it!

BAE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang