lemme do it

295 24 25
                                    

ATTENTION
⚠️⚠️⚠️⚠️
MATURE CONTENT!!!!!!!!!!!


*Di sebuah Private Villa di kawasan Perbukitan Sentul, Bogor

Sambil memeluk suaminya, perlahan Ara menyeka air mata Rian yang menetes sedikit. Kemudian dipandangnya lekat wajah suaminya itu.

Ara: sayang... jangan sedih gitu dong, kita masih bisa memuaskan tanpa perlu bersetubuh kok

Rian: gimana bisa ra... tetep aku pasti nggak bisa nahan..

Ara: kamu bisa kok, aku bakal bantu kamu

Rian: aku nggak apa-apa kok ra.. kalo kamu mau cabut nyawa aku sekali lagi, aku masih punya 1 kali kesempatan lagi kok selama 5 hari ke depan

Ara: nggak perlu sayang... aku pastiin malam ini kamu nggak akan kehilangan satu pun nyawa kamu, sekarang gantian ya.. biar aku yang ngelayanin kamu

Rian menatap istrinya bingung, gimana caranya bisa saling memuaskan kalo mereka aja nggak bersetubuh.

Ara perlahan menarik wajah Rian, menciumnya lembut tak terburu-buru, sambil kedua tangannya membelai pipi halus Rian, meraba setiap titik di tubuh suaminya mencoba membangkitkan gairah Rian yang sedari tadi ditahannya setengah mati. Upaya Ara menggerayangi tubuh Rian pun membuahkan hasil, tangan Rian mulai balas mendekap tubuh Ara, memperdalam ciumannya, mendorong pelan tubuh istrinya lalu merebahkannya, dengan hati-hati Rian menurunkan baju tidur satin milik Ara hingga ke batas perut, lalu diciumnya lembut perut Ara, usapan tangan Rian seolah menyapa buah hatinya di dalam sana, meminta izin untuk bermain sejenak dengan ibunya. Kecupannya kemudian perlahan-lahan naik hingga ke dada Ara, tak hanya mengecup, Rian dengan lembut meremas, menghisap, hingga memilin ujungnya dan melakukannya berulang-ulang, sesekali ia menekan pelan payudara Ara yang kian hari kian berisi seiring dengan usia kandungannya yang terus bertambah dari minggu ke minggu. Masih membiarkan tangannya bermain di dada istrinya, Rian kini mengangkat kepalanya memandang wajah Ara yang mulai memerah, Rian dapat mendegar rintihan istrinya setiap kali tangannya bermain di dada Ara. Mencoba meredam lenguhan istrinya, Rian memagut lembut bibir Ara menyesapnya membiarkan lidah keduanya bertemu. Namun Ara tiba-tiba mendorong pelan wajah Rian, menuntun wajah suaminya itu untuk kembali bermain di dadanya, menghisap, menggigit, meremas, dan memilinnya bergantian dari sisi kiri dilanjutkan ke sisi kanan, namun suara erangan Ara yang kian keras terdengar.. membuat Rian tiba-tiba saja menghentikan aktivitasnya. Rian duduk di tepi tempat tidur sambil mengusap-usap wajahnya.

Ara: sayang kok berhenti... please jangan berhenti..

Rian: nggak bisa ra.. aku harus ke kamar mandi dulu, maaf ya sayang... (pamit Rian ke Ara lalu mengecup kening istrinya)

Rian dengan segera berjalan ke kamar mandi, aktivitasnya bersama Ara barusan telah membuat sesuatu di balik celananya sesak dan memaksa keluar, dibukanya sebagian celananya lalu dihempaskannya cairan yang sejak tadi tertahan. Sibuk dengan tangannya yang tengah mengurut lembut kejantanannya, Rian terperangah karena Ara tiba-tiba saja menghampirinya dan berdiri tepat disebelahnya, tangan mungil Ara menyingkirkan tangan kanannya yang tengah menggenggam sesuatu di bawah sana, lalu merebut apa yang Rian genggam tadi. Masih sambil berdiri, Ara menyandarkan tubuhnya di lengan suaminya, lalu perlahan mengurut lembut kejantanan Rian memastikan seluruh isinya terkuras habis. Rian yang masih terkejut berupaya menahan tubuhnya yang sempat menggelinjang karena perlakuan Ara. Kini tangan kanannya berupaya meraih pundak istrinya mencari pegangan agar keseimbangannya tetap terjaga, sementara di bawah sana jari jemari Ara dengan lihai mengurut lembut milik Rian mulai dari tempo yang lambat hingga cepat secara terus-menerus dan berulang. Rian bahkan beberapa kali memejamkan matanya dan spontan mencengkram pundak istrinya, ia tak menyangka apa yang dilakukan Ara memberikan sensasi kepuasan yang berbeda, tanpa dirinya harus dihantui kekhawatiran akan risiko infeksi yang mungkin dialami Ara jika harus berkali-kali berhubungan badan dengannya. Sesekali tangan kirinya menutup mulutnya menahan rintihan kenikmatan yang dirasakannya. Ara masih tak berhenti namun kini tangan kiri Rian perlahan menyingkirkan tangan Ara.

Home sweet home 🏡Where stories live. Discover now