5. Bang Mahesa sakit Khiya ikut sakit

1.9K 250 2
                                    

Hari ini Zakhiya bertekad untuk berdamai dengan Mahesa yang seminggu ini tak ada kabar. Pertengkaran kemarin adalah pertengkaran terpanjang yang pernah Khiya alami bersama Mahesa. karena itu pula ada sedikit kegugupan saat nanti menemui Mahesa, takut jika pria itu masih menaruh kesal lalu tidak memafkaannya.

Penyesalan selalu datang diakhir, itulah yang Khiya rasakan setelah memikirkan kesalahnya.

Berbekal Roti Jala kuah Kari Ikan, Khiya akhirnya berani mendatangi Mahesa ke kebun kopi lalu membicarakan semuanya.

"Cari Mahes yuk?" Belum sempat Khiya sampai di lahan yang biasanya Mahes tempati, kiki pemuda desa sini yang juga dekat sekali dengan Mahesa menyapa Khiya.

"Iya, bang Mahesa sudah istirahat?" Sengaja Khiya izin bekerja untuk mengejar waktu istirahat Mahesa

Kiki nampak melongo sambil mengerjap "ayuk indak tahu bang Mahes lagi sakit?"

"S-sakit?"

"Iyaa, Bang Mahes DBD. Sekarang saja masih di RSUD."

Maka tak ada alasan lagi Khiya berlama-lama disana karena setelah mendapat informasi mengenai kondisi Mahesa, ia langsung menyusul ke RSUD menggunakan ojek pangkalan yang kebetulan tidak jauh dari kebun.

Berdasarkan informasi dari Kiki, Mahesa sudah mengeluh tidak enak badan dari seminggu yang lalu dimana hari itu mereka bertemu. Kemudian empat hari yang lalu saat Mahesa menemui Pak Bambang, Mahesa sempat pingsan sambil mengeluarkan banyak darah di hidungnya, Yang artinya demam berdarah Mahesa sudah sangat parah.

mengingat Mahesa yang selalu menguatkan dirinya disaat lemah fisik maupun mentalnya, membuat Khiya tertohok dan merasa tersentil. Andaikan saja, ia lebih mengerti.

Pecahan sepuluh ribu Khiya berikan pada sosok bapak-bapak yang mengantarnya ke rumah sakit setelah itu Khiya berjalan cepat mencari petugas disana untuk menanyakan tempat Mahesa di rawat.

Tepat di pertigaan lorong, Khiya mendapati Syifa yang sedang berjalan sambil menggengam kantong pelastik yang berisi minuman isotonik, terlihat dari warna botolnya yang sedikit menyembul ke luar.

"Syifa" gadis berusia 18 tahun itu mendongak dan terkejut

"Ayuk"

"Bang Mahesa dimana?" Tanya Khiya dengan lirih. Lututnya lemas dan tangannya bergetar ketakutan sekaligus khawatir. Takut terjadi sesuatu pada Mahesa.

"Ayuk sama siapa kesini?" Tidak ada waktu untuk berbasa-basi, Khiya menatap Syifa dengan nelangsa.

"Fa, tolong kasih tau dimana abang sekarang?"

"D-disitu ayo" dari gelagat Syifa yang gugup, membuktikan bahwa mereka sengaja menyembunyikan kabar Mahesa darinya.

Khiya dan Syifa memasuki salah satu bangsal rumah sakit tersebut. Lutut Khiya semakin lemas saat mendapati Mahesa di ujung bangsal sedang memunggunginya.

Langkah Khiya terhenti dan air matanya mulai jatuh tak beraturan "sejak kapan abang sakit?" Syifa ikut menahan langkahnya

"Seminggu yang lalu yuk, bang Mahes mual-mual terus badanya anget cuma bang Mahes ngeyel malah pergi kerja"

"Sampai empat hari yang lalu teman-teman kerja abang, bawa abang pulang. Mereka panik gara-gara abang hampir pingsan sama hidungnya mimisan"

"Syifa kira cuma demam biasa, ternyata kata ayuk Rina demamnya Bang Mahes bisa jadi tifus atau DBD makanya langsung di bawa ke rumah sakit"

Tepat saat nama Rina disebutkan, Khiya menoleh pada Syifa "Rina?"

Syifa mengangguk

"Ayuk Rina yang bawa bang Mahes ke rumah sakit"

Titik Balik (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang